Tag

, , , , , ,

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMKN 26 JAKARTA

 Tamara Putri, Nurhattati Fuad* Rugaiyah*

*Dosen Pembimbing

Manajemen Pendidikan FIP UNJ

tamaratamput@yahoo.com

 

ABSTRACT

This study was aimed to determined empirically about manner Public participation of the community in the implementation of school-based management at SMKN 26 Jakarta at Balai Pustaka I, East Jakarta.Study was conducted in April to June 2015 by using techniques of sampling snowball. Methods used in this research is descriptive method with a qualitative approach. The data obtained by using bservation type, interview and study documentation.

This study focuses on the public participation of the community and implementation SBM, with sub focus: forms of public participation at SMKN 26 Jakarta, community Participation at SMKN 26 Jakarta, strategy in improving the participation of the community at SMKN 26 Jakarta, and the impact of community participation at SMKN 26 Jakarta.

The result showed that the participation of the community to support and promote the school was very influential in the schools as embodiment of this our school-based management demanding school for more independent in determining their needs. Forms of public participation is divided into three types namely: the idea, energy and any funds that instrumentality and infrastructure. The participation of school participation are to be right on target. The strategy implemented to enhance the public participation is ( 1 ) embracing the community to participate and ( 2 ) familiarize programmes and school activities and ( 3 ) the school provides access to space in citizens.The public participation is a school that people to school programs get support and assist in the implementation of the declaration program.

Keywords: School Based Management, Public Participation

Pendahuluan

Dalam pengimplementasiannya, Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) harus didukung penuh oleh partisipasi masyarakat dandukungan dari orang tua murid. Bentuk dukungannya pun tidak hanya dalam bentuk keuangan, orang tua murid melalui komite sekolah juga diharapkan dapat merundingkan serta mengembangkan program-program yang dapat mendukung kinerja pembelajaran secara optimal.

Kemauan dan kemampuan partisipasi berasal dari masyarakat itu sendiri, sedangkan kesempatan berasal dari luar. Hal ini berarti, masyarakat tidak hanya sekedar menyekolahkan anak-anak mereka, namun ikut serta dalam pengawasan maupun pengontrol program sekolah. Lembaga pendidikan juga harus memberikan jembatan agar masyarakat dapat turut serta bekerja sama dalam dunia pendidikan.

(Hasbullah, 2007; hal.4) mengatakan dengan adanya pengalihan kewenangan pengambilan keputusan ke level sekolah, maka sekolah diharapkan lebih mandiri dan mampu menetukan arah pengembangan yang sesuai dengan kondisi dan tuntutan lingkungan masyarakatnya. Dalam hal ini, sekolah harus mampu mengembangkan program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain, sekolah diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan menawarkan partisipasi langsung kepada pihak-pihak terkait (stakeholders). Peran pemerintah sangat dominan dan peran masyarakat menjadi kewajiban.

Partisipasi masyarakat sejatinya dilakukan dalam upaya mencari solusi yang tepat dalam permasalahan pendidikan yang ada, namun dalam realitanya di pendidikan kurang optimal, sehingga masyarakat kurang mempunyai andil besar dalam mengontrol pengelolaan pendidikan.

Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 ditegaskan pada pasal 9, menyatakan bahwa: Masyarakat berkewajiban memberikan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan. Selama ini partisipasi masyarakat (stakeholders) lebih berupa dukungan dana, masyarakat cenderung kurang terlibat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan akuntabiltas, sehingga sekolah tidak memiliki beban untuk mempertanggungjawabkan proses dan hasil pendidikan kepada masyarakat (stakeholders). Sekolah membutuhkan masukan-masukan dari masyarakat dalam merumuskan program yang relevan dan bantuan masyarakat dalam pengimplementasiannya. Lalu dari sisi lain, masyarakat juga memerlukan sekolah untuk mendapatkan program-program pendidikan yang dikehendaki masyarakat.

Penelitian ini dilakukan di SMKN 26 Jakarta yang bertempat di Jl. Balai Pustaka Baru I Rawamangun, Jakarta Timur.Sekolah ini mempunyai reputasi yang baik di Indonesia dengan menghasilkan lulusan-lulusan yang dicari oleh banyak perusahaan.

 

Kajian Pustaka

Menurut Paul yang dikutip oleh Mulyono (2009:241), mengatakan bahwa, MBS sebagai pengkoordinasian dan penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua unsur kepentingan dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan mutu sekolah. Menurut Bedjo Sudjanto yang dikutip oleh Irawan (2004:26), MBS merupakan model manajemen pendidikan yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah. Menurut Oswald MBS didefinisikan sebagai berikut: School-Based Management can be defined as the decentralization of decision-making authority to the school site, is one of the most popular strategies that came out of the 1980’s school reform movement (Danim, 2008; hal.35).

Menurut Verhangen yang dikutip oleh Mardikanto dan Soebiato (2013:82) partisipasi merupakan suatu bentuk khudu dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan dengan pembagian kewenangan, tanggung jawab, dan manfaat. Menurut Newstrom dan Davis yang dikutip oleh Nurhattati Fuad (2012:47)  membatasi konsep partisipasi sebagai: Participation as a mental and emotional onvolvement of the persons in a group situation that encourages them to contribute to group goals and share responsibility for them.  Partisipasi menurut Curtis et al., yang dikutip Nasdian (2014:61) menyatakan bahwa, Participation is concerned with the distribution of power in society, for it is power which enables groups to determine which needs, and whose needs will be met through the distribution of resources.

Menurut Naryan yang dikutip oleh Dwiningrum (2011:51) partisipasi memiliki pengertian: A valuentarary process by which people including disadvantaged (income gender, ethnicity, education) influence or control the affect them. Menurut Weber yang dikutip oleh Syarbaini, Fatkhuri, dan Rusiyanta (2012:146) masyarakat diartikan sebagai struktur atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya. Menurut Sumardjan dikutip oleh Syarbaini, Fatkhuri, dan Rusiyanta (2012:146) memberi definisi masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.

Menurut Dusselrorp yang dikutip oleh Mardikanto dan Soebiato (2013:84) mengidentifikasi beragam bentuk-bentuk kegiatan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dapat berupa: a) Menjadi anggota kelompok-kelompok masyarakat, b) Melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok, c) Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakkan partisipasi masyarakat yang lain, d) Menggerakkan sumberdaya masyarakat, e) Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan. Menurut Pidarta (2004:84), bentuk partisipasi masyarakat dalam pendidikan antara lain: 1) Dewan Pendidikan, 2) Komite Sekolah, 3) Persatuan Orang Tua Siwa, 4) Perkumpulan olah raga, 4) Perkumpulan kesenian, 5) Organisasi-organisasi yang lain.

Menurut Basrowi yang dikutip Dwiningrum (2011:58) partisipasi masyarakat dilihat dari bentuknya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu partisipasi non fisik dan partisipasi fisik. Menurut Mulyasa (2003:170) menyebutkan bahwa, partisipasi dapat berupa gagasan, kritik membangun, dukungan, dan pelaksanaan pendidikan

Seperti yang tertuang dalam Keputusan Mendiknas Nomor 044/U/2002 wadah partisipasi masyarakat yaitu Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Komite sekolah berperan komite sekolah berperan sebagai berikut: a) Pemberi pertimbangan (Advisory Agency), b) Pendukung (Supporting Agency), c) Pengontrol (Controlling Agency), dan d) Mediator (Mediator Agency).

Menurut Nurhattati Fuad (2012:57) strategi dalam membangun dinamika partisipasi masyarakat dapat dilakukan melalui langkah berikut: a) Menumbuhkan kesadaran masyarakat (social awareness), b) Meningkatkan motivasi berpartisipasi. Menurut Slamet yang dikutip oleh Mardikanto dan Soebiato (2013:91) menyatakan bahwa tumbuh berkembangnya partisipasi masyarakat, sangat ditentukan oleh tiga unsur pokok,yaitu: a) adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi, b) adanya kemauan masyarakat untuk berpatisipasi, c) adanya kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi.

 

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan deskriptif. Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah SMKN 26 Jakarta. Sekolah ini beralamat di Jalan Balai Pustaka 1 Rawamangun, Jakarta Timur. Responden penelitian ini, yaitu: (1) Kepala SMKN 26 Jakarta (Key Informan) dan responden lainnya. Tahap yang dilakukan dalam penitian ini adalah tahap pra lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahapan analisis data, tahap verifikasi data, dan tahapan keabsahan data.

 

Hasil Penelitian

Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan pengamatan peneliti selama di tempat penelitian, dapat dianalisis temuan-temuan di tempat penelitian kemudian dikaitkan dengan teori yang ada sesuai sub fokus yaitu pada bentuk-bentuk partisipasi yang terdapat di sekolah yaitu partisipasi dalam bentuk ide/gagasan, keahlian, dan dukungan dana serta sarana dan prasarana. Dalam bentuk ide/gagasan hal-hal yang dilakukukan masyarakat,  pertemuan atau rapat dengan orang tua ini minimal dilakukan dua kali dalam setahun. Adapun contoh ide/gagasan yang pernah dilakukan oleh seperti turut mengkoreksi kurikulum sekolah untuk menyesuaikan dengan permintaan pasar seperti membuat gambar rencana balok beton bertulang, menyalurkan ide dalam penambahan hal-hal di tata tertib sekolah seperti mengaji di pagi hari sebelum memulai pembelajaran, atau hal-hal mengenai penyetujuan kegiatan pokok sekolah yang sesuai anggaran yang ditetapkan seperti anggaran pengalokasian dana sumbangan untuk kegiatan keagamaan yakni Isra Mi’raj dan Kurban. Dalam partisipasi berdasarkan tenaga, partisipasi diwujudkan dengan masyarakat yang terjun langsung dan terlibat secara fisik. Di sekolah, partisipasi dalam bentuk tenaga terlihat dari para alumni juga turut berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Baik dalam memberikan arah dan dukungan kepada adik-adik SMKN 26 Jakarta, mendatangi acara yang diselenggarakan ekstrakurikuler, ataupun sekedar menjadi pembicara untuk melakukan sharing pengalaman yang dimiliki oleh alumni. Terlihat juga pada saat alumni menghadiri acara LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) Rohis, alumni memberikan pengarahan serta berbagi pengalaman tentang ilmu yang dimiliki. Atau ketika alumni mengadakan acara tentang “Sharing Entrepreneuship”  di sekolah. Adik-adik SMKN 26 Jakarta pun merasakan manfaat dari sharing maupun pengarahan yang dilakukan oleh alumni. Partisipasi dari warga sekitar juga didapat dalam hal kemanan dan kebersihan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Masyarakat berkoordinasi dengan pihak sekolah bahu membahu dalam  menjaga keamanan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Kondisi lingkungan sekolah dan sekitarnya juga terlihat bersih, teratur, dan juga nyaman untuk aktivitas penggunaannya. Partisipasi masyarakat dalam bentuk dukungan dana, sarana, dan prasarana diwujudkan dalam bentuk dukungan dana yang diperoleh dari masyarakat di SMKN 26 Jakarta lebih berupa infaq dan shodaqoh. Dana infaq dan shodaqoh yang didapat nantinya akan dialokasikan dalam acara kegiatan-kegiatan peringatan keagamaan sekolah seperti Isra Mi’raj ataupun qurban dan pembangunan Mesjid Al-Ishlah yang saat ini sedang dilakukan. Adapun masyarakat yang aktif di Mesjid, menamakan dirinya “jemaah” dan menjadi donatur utama dalam hal-hal yang berkaitan dengan mesjid sekolah. Bentuk dukungan sarana saat ini dilakukan oleh masyarakat industri yang melakukan kerja sama dengan pihak sekolah. Adapun sumbangan yang diberikan pihak industri antara lain berupa alat-alat  industri yang digunakan siswa dalam melakukan praktek kerja. Dukungan yang diberikan secara langsung sangat membantu sekolah dalam hal pengadaan alat praktek kerja siswa untuk menunjang pembelajaran.

Adapun wadah partisipasi masyarakat di SMKN 26 Jakarta yaitu komite sekolah. Pemilihan struktur keanggotaan komite sekolah berdasarkan hasil rapat semua stakeholders dengan cara voting suara terbanyak. Peranan komite sekolah di SMKN 26 Jakarta terlihat dalam memberikan masukan dan arahan yang dibutuhkan kepala sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam setiap pegambilan keputusan, maupun pengevaluasian program sekolah. Dalam rapat dengan orang tua murid, komite  juga berperan sebagai mediator kepada orang tua dalam menyampaikan kendala-kendala dalam setiap program yang dialami sekolah.

Komite juga yang nantinya menerima laporan atas pertanggung jawaban sekolah dalam menjalankan program yang telah dijalankan dan ikut menyetujui program-program sekolah dan keuangan. Dalam hal keuangan komite sekolah harus mengetahui dan juga bertanggung jawab dalam setiap pengalokasian dana anggaran dari pemerintah yang diterapkan pihak sekolah. Pertemuan rutin yang dilakukan sekolah dengan komite minimal dilakukan setahun dua kali, biasanya dilaksanakan pada awal tahun dan akhir tahun pembelajaran.

Adapun beberapa strategi yang dilakukan pihak sekolah SMKN 26 Jakarta yaitu, 1. Merangkul Masyarakat untuk Terus Berpartisipasi.Hal ini terlihat seperti pada acara pelepasan siswa PSG (Pendidikan Sistem Ganda) yang mengundang orang tua murid untuk turut hadir dan mengikuti serangkaian acara pelepasan siswa tersebut. Beberapa orang tua murid tampak antusias menghadiri acara tersebut dengan datang lebih awal dari jadwal yang telah ditetapkan. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga mengundang tokoh masyarakat untuk menjadi pembicara dalam acara-acara besar keagamaan seperti pada acara Isra Mi’raj di sekolah. Berbagai pendekatan dilakukan kepala sekolah dengan masyarakat untuk menstimulasi masyarakat memberikan kontribusi nyata kepada sekolah. 2. Mensosialisasikan Program yang Akan Dilakukan . Sekolah terus mensosialisasikan program-program yang akan dilaksanakan dalam rapat-rapat yang diadakan. Seperti rapat awal tahun dengan komite dan orang tua murid. Dalam mensosialisasikan program biasanya sekolah memberitahukan tentang hal-hal yang terkait dengan program sekolah melalui siswa yang nantinya siswa menyampaikan kepada orang tua atau juga melalui surat edaran yang ditujukan langsung kepada orang tua. Sekolah terus memberitahukan informasi terkait program yang dijalankan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan sekolah. 3. Sekolah Memberikan Akses Keleluasaan untuk Masyarakat. Partisipasi secara langsung dapat dilakukan dengan cara mendatangi langsung sekolah untuk memberikan partisipasinya. Adapun partisipasi secara tidak langsung, masyarakat bisa melalui situs online melalui website ataupun facebook yang dimiliki sekolah. Sekolah terbuka dalam menerima masukan melalui social media. Masyarakat dengan mudah dapat membuka situs yang telah disediakan dimanapun mereka berada. Pihak sekolah merasa  masyarakat sudah lebih maju dalam tekhnologi.Hal ini dilakukan guna menarik antusiasme masyarakat dengan lebih memudahkan akses dalam menyalurkan partisipasinya. Masyarakat yang tidak memiliki waktu luang hanya perlu online tanpa harus dating langsung ke sekolah.

dampak-dampak yang ditimbulkan dalam partisipasi masyarakat, yaitu 1. Mendapat Dukungan Masyarakat Terhadap Program Sekolah. Hal ini tercermin dari masyarakat yang menghadiri program-program sekolah, seperti rapat awal tahun ajaran yang dihadiri orang tua siswa beserta komite, upacara peringatan hari bumi yang dihadiri oleh alumni maupun orang tua yang hadir dalam pelepasan siswa yang akan mengikuti kegiatan PSG. 2. Terbantu dalam PelaksanaanProgram dan Kegiatan Sekolah. Sebagaimana yang terlihat saat tokoh masyarakat Ust.Syahrul Syah turut hadir dan mengisi acara dengan memberikan ceramah dalam peringatan Isra Mi’raj di SMKN 26 Jakarta. Lalu perwakilan Pangdam Jaya yang hadir dalam upacara peringatan hari bumi dan didaulat menjadi Pembina upacara dalam kegiatan tersebut dan kemudahan dalam penyaluran siswa PSG ke perusahaan-perusahaan yang berlangsung lancar atas partisipasi masyarakat industri yang menaruh kepercayaan pada pihak sekolah. Adapun dampak yang dirasakan juga dalam bentuk sarana, yaitu terbantunya sekolah dalam pemenuhan alat-alat penunjang pembelajaran. Hal ini terlihat dalam sumbangan alat-alat praktek kerjayang menunjang dalam proses pembelajaran siswa di sekolah. Dari partisipasi masyarakat, sekolah pun terbantu  darimasukan-masukan yang didapat dalam menyempurnakan program-program yang dilakukan.Setelah itu timbullah kepercayaan terhadap kedua belah pihak, dalam hal ini sekolah dan masyarakat.

Masyarakat pun mendapat dampak terhadap partisipasi yang dilakukannya, seperti orang tua lebih memahami kepentingan pendidikan yang memudahkan dalam pembimbingan anak, warga sekitar diberikan akses untuk menggunakan fasilitas sekolah seperti Mesjid atau lapangan dengan tetap mengikuti peraturan sekolah agar tidak terjadi penyalahgunaan dari peminjaman fasilitas sekolah. Selain itu masyarakat akan langsung merasakan secara langsung program sekolah yang berjalan.

Seperti dalam hal pembagian kurban, biasanya ada bagian untuk warga sekitar maupun orang tua, masyarakat industri terbantu dalam siswa-siswa yang melakukan praktek kerja (magang) di perusahaannya, pihak sekolah pun menghasilkan lulusan yang berkompeten dan sesuai dengan permintaan pasar. Lingkungan sekolah pun terjaga kemanan dan kebersihannya dibantu oleh warga sekitar.

 

Kesimpulan

Berdasarkan analisis akhir dari penelitian, maka dapat ditarik empat kesimpulan yang mengacu pada sub fokus, yaitu: (1) Partisipasi masyarakat terwujud dalam berbagai macam bentuk nyata yang diberikan kepadasekolahseperti ide/gagasan, waktu, tenaga, maupun dalam bentuk dukungan dana, sarana dan prasarana. Pihak-pihak yang terlibat terdiri dari berbagai unsur-unsur masyarakat yang saling bersinergi dengan sekolah dalam membantu program-program yang telahditetapkansekolah. (2) Wadah partisipasi masyarakat ditampung dalam komite sekolah. Terdapat banyak kendala yang ditemui dalam keberlangsungan komite seperti semakin berkurangnya keterikatan komite dengan sekolah semenjak adanya larangan pemungutan dana yang didapat dari masyarakat, tidak adanya pembaharuan struktur keanggotaan komite sekolah dalam beberapa tahun terakhir ini, dan peranan komite yang semakin sempit tampak mengurangi partisipasi masyarakat yang ingin menjadi komite. (3) Strategi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat. Strategi yang  dilakukan sekolah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat yaitu dengan merangkul masyarakat untuk terus berpartisipasi, mensosialisasikan program sekolah yang akan dilaksanakan, serta memberikan akses keleluasaan bagi masyarakat untuk dapat berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa kendala dalam meningkatkan partisipasi masyarakatya itu masih rendahnya kesadaran untuk masyarakat berpartisipasi, kurangnya keterikatan masyarakat dengansekolah, dan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap peduli pendidikan. (4)Dampak partisipasi masyarakat di SMKN 26 Jakarta. Dari partisipasi yang dilakukan masyarakat, menimbulkan dampak-dampak yang dirasakan sekolah, adapun dampak-dampak tersebuty akni mendapat dukungan serta respon positif dari masyarakat terhadap program yang dijalankan dan terlaksananya program-program yang telah ditetapkan sejak awal.Masyarakat pun menaruh kepercayaan terhadap sekolah. Lingkungans ekolah pun terjaga kemanan serta kebersihannya dibantu oleh wargasekitar.

 

Saran

Saran bagi Kepala sekolah diharapkan lebih mengapresiasi masyarakat yang berpartisipasi dalam memajukan program sekolah agar mereka merasa dihargai keberadaannya dan menimbukan kesadaran untuk lebih peduli pada pendidikan.Selain itu struktur keanggotaan komite diharapkan dapat diadakan pembaharuan untuk memaksimalkan fungsi dan peranannya di sekolah.

Kepala sekolah juga terus diharapkan mengembangkan strategi-strategi jitu secara kontinyu yang berguna untuk meningkatkan animo masyarakat dalam melakukan partisipasi. Hal ini akan membantu sekolah dalam mewujudkan program-program yang sedang dijalankan. Selanjutnya, kepala sekolah diharapkan memberikan pemahaman lebih mendalam kepada masyarakat terhadap keuntungan yang didapat masyarakat dari partisipasi yang dilakukan. Dengan begitu, masyarakat akan lebih menyadari pentingnya berpartisipasi.

Saran bagi pengurus komite maupun pihak-pihak yang terkait di dalamnya diharapkan lebih meningkatkan partisipasi dengan terus melibatkan diri guna mendukung dan memajukan program sekolah. Selain itu, diharapkan dapat menjadikan komite sebagai wadah partisipasi masyarakat dengan memaksimalkan fungsi dan peranan komite sekolah.

Saran bagi para Guru diharapkan terus membantu kepala sekolah dalam menarik animo masyarakat untuk berpartisipasi di sekolah dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat dan stakeholders sekolah.

 

Daftar Pustaka

Danim, Sudarwan. (2008). Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik. Jakarta: PT BumiAkasara.

Dwiningrum, Siti Irene Astuti. (2011). Desentralisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pendidikan.Yogyakarta:  Pustaka Pelajar.

Fuad, Nurhattati. (2012). Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat. Jakarta: FIP PRESS.

Hasbullah, (2007). Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan Implikasinya Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Imron, Ali. (2007).KebijaksanaanPendidikan di Indonesia. Jakarta: BumiAksara

Irawan, Ade, Eriyanto, Lucky Djani, dan Agus Sunaryanto. (2004). Mendagangkan Sekolah. Jakarta: ICW.

Mardikanto, Totok dan   Poerwoko Soebiato. (2013). Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Mulyasa, E. (2003) Menjadi Kepala Sekolah Professional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Moeleng, Lexy J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyono. (2009). Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Nasdian, Fredian Tonny. (2014). Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nazir, Mohammad. (2009). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurkholis.(2006). Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Grasindo.

Pidarta, Made. (2004). Manajemen Pendidikan  Indonesia. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Rohiat. (2012). Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktek. Bandung: PT. RefikaAditama.

Sastropoetro, Santoso. (1986). Partisipasi, Persuasi, dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung:Alumni.

Syafaruddin. (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan: Konsep, Strategi, dan Aplikasi Kebijakan Menuju Organisasi Sekolah Efektif. Jakarta: PT RinekaCipta.

Syamsi, Ibnu. (1986). Pokok Perencanaan Program dan Penganggaran Pembangunan Tingkat Nasional dan Regional. Jakarta: CV. Rajawali.

Syarbaini, Syahrial, Rusiyanta, dan Fatkhuri. (2012). KonsepDasar: SOSIOLOGI&ANTROPOLOGI: Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Hartomo Media Pustaka Jakarta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Sumpeno, Wahyudin. (2009). Sekolah Masyarakat :Penerapan Rapid-Training-Design dalam Pelatihan Berbasis Masyarakat. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Umaedi, Hadiyanto dan Siswantari. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah: Buku Materi Pokok IDIK4012/2SKS/Modul 1-6  Edisi 1. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

CNN Indonesia, Sekolah Salah Persepsi dengan Aturan Menteri. diakses pada tanggal 25 Juni 2015 pukul 21.15 wib. http://m.cnnindonesia.com/nasional/20141010165255-20-050/sekolah-salah-persepsi-dengan-aturan-menteri/).

Reformasi, Sekolah Rakyat. 10 SMK Terbaik Indonesia 2014. diakses pada tanggal 10 Februari 2015 pukul 20.01. (http://srmediaonlinenews.com/?p=935).

Syafrizal, Teuku. Pembaharuan Gampong Secara Partisipatif, diakses pada 10 Juni 2015 pada pukul 15.35 wib.(http://rajaubit.blogspot.com/2015/03/pembaharuan-gampong-secara-partisipatif.html?m=1).

Syafrudin, Udin. Partisipasi Masyarakat, diakses pada 20 Januari 2015 pada pukul 02.45 wib. (http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/195306121981031- SA%27UD/Partisipasi_Masyarakat.pdf).