Tag

, , , , ,

HUBUNGAN ANTARA KOORDINASI DENGAN KEPUASAN KERJAGURU SDN DI KECAMATAN BABELAN KABUPATEN BEKASI

Devie Alfikasari, Neti Karnati* Diah Armeliza*

*Dosen Pembimbing

Manajemen Pendidikan FIP UNJ

Deviealfika22@gmail.com

 

ABSTRACT

This study aims to determine the level of coordination, the level of job satisfaction of teachers and the relationship between coordination with job satisfaction of teachers elementary school in Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. The variables studied were coordination as the independent variable (X) and job satisfaction as related variables (Y).

The method used is descriptive in the form of a survey. The population in this study is a teacher at the elementary school in Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Samples were taken by using simple random sampling technique. Based on this technique, the sample size used in this study were 60 teachers from 378 teachers. Data collection for Coordination (X) and Job Satisfaction (Y) using a questionnaire.

Hypothesis testing is done by using product moment correlation formula obtained correlation coefficient (r) = 0.40340 and t-test = 3,357 to test the one hand, df = 58, and the level of significance α = 0.05 significance of the list obtained by the t (58: 0,05) is equal to 2.002. This means that thitung greater than ttable. Thus it can be that the hypothesis can be accepted, so there is a positive relationship between coordination and job satisfaction of teachers elementary school in Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. The contributions made to the coordination of teacher job satisfaction by 16,27%.

Keywords: Coordination, Job Satisfaction

 


Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu proses dimana individu mendapatkanpengeta- huan dan segala sesuatu hal yang baru dalam hidupnya. Pendidikan memberikan adanya suatu perubahan yang signifikan atas pola pikir individu, sikapnya maupun perasaannya. Seperti yang dikutip oleh Hikmat (2009:15) pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manu- sia melalui upaya pengajaran dan latihan. Dengan adanya pendidikan, manusia dapat mencapai kualitas diri yang lebih baik dalam hidupnya.

Dalam hal ini, pendidikan yang se-cara umum diselenggarakan oleh peme-rintah adalah pendidikan formal. Pendi-dikan formal salah satunya dilakukan di sekolah. Kegiatan belajar mengajar di sekolah tidak lepas dari adanya peran serta tenaga pendidik yang memberikan pendidikan serta pengetahuan kepada peserta didik sehingga mereka dapat me- nemukan dan mengetahui serta mengem- bangkan potensi yang dimilikinya. Pendidik yang dimaksud dalam lingkup sekolah adalah guru. Guru berperan dalam memberikan pengetahuan, mentransfer ilmu kepada peserta didiknya. Proses pendidikan yang dilakukan guru tersebut biasanya dilakukan di sekolah di dalam suatu ruang kelas dengan kegiatan mengajar. Di dalam proses pendidikan terdapat kegiatan belajar dimana peserta didik atau murid dapat mengetahui sesuatu dari yang tidak tahu menjadi tahu dan membuat suatu perubahan dalam pola pikir, sikap dan tindakannya. Peserta didik belajar dengan diarahkan, dibimbing, diberi pengetahuan, diberi motivasi oleh tenaga pendidik atau guru dalam proses mengajar yang terjadi di dalam kelas.

Guru sebagai tenaga profesional memberikan pengetahuan yang dimili-kinya kepada peserta didik dalam upaya tercapainya tujuan pendidikan. Dalam hal ini guru melakukan pekerjaanya dalam rangka mengabdi kepada negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Untuk memberikan suatu apresiasi terhadap suatu pengabdian yang dilakukan oleh guru, guru mendapatkan penghasilan serta penghargaan yang sesuai agar tercapai kepuasan kerja sehingga guru dapat meningkatkan produktivitas kerja dan semangat kerjanya. Sinambela (2012:256) kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya yang dihasilkan oleh usahanya sendiri (internal) dan yang didukung oleh hal-hal yang dari luar dirinya (eksternal), atas keadaan kerja, hasil kerja, dan kerja itu sendiri. Namun, hal ini akan berbeda kepuasan kerja guru tidak akan tercapai apabila terdapat kendala dalam membe-rikan apresiasi penghargaan kepada guru melalui penghasilan yang diterimanya. Seperti isu yang terjadi pada berita yang ditulis dalam JPNN.com (2014:1).Para guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) mulai dari jenjang SD, SMP, SMA, dan SMK di Lingkup Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi, yang berhak mendapatkan Tun-jangan Profesi Pendidik (TPP) menge- luhkan belum cairnya TPP tahap I yaitu triwulan pertama Januari-Maret.

Di dalam berita tersebut, tunjangan profesi pendidik di wilayah dinas pendi-dikan kabupaten bekasi terlambat cair yang kemungkinan disebabkan suatu oknum-oknum. Hal ini dapat menye-babkan berkurangnya kepuasan kerja guru yang mengabdi kepada negara karena tunjangan yang diterimanya juga diperlu- kan untuk kehidupan sehari-hari mereka.

Hal ini juga sama diungkapkan oleh berita Bekasi, BeritaTv.net (2014:1) Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Bekasi, dituding sudah mengendapkan uang Tunjangan Profesi Pendidik (TPP) bagi guru Pegawai Negri Sipil (PNS) Sekolah Dasar (SD) di kabupaten Bekasi. Pasalnya, sampai saat ini tunjangan yang seharusnya dikeluarkan disetiap bulan tersebut belum dikeluarkan oleh pihak Disdik.

Pemerintah dalam hal ini tingkat daerah harus memberikan penjelasan dan konfirmasi sehingga tidak timbulnya kesalahpahaman. Kurangnya koordinasi antara pemerintah daerah setempat dengan guru memungkinkan adanya kesalah-pahaman dalam masalah telatnya tun- jangan profesi pendidik ini. Selain itu, seluruh guru PNS juga saling berkomu-nikasi dan berkoordinasi satu sama lain untuk memberikan masukan atau in- formasi kepada dinas pendidikan daerah setempat mengenai keterlambatan tu-runnya tunjangan tersebut sehingga mereka dapat bertindak dengan cepat dan memberikan alasan atau penyebabnya secara langsung sehingga tidak me-nimbulkan kesalahpahaman.

Pembatasan masalah dalam pene-litian ini yaitu koordinasi sebagai variabel (X) yang merupakan variabel bebas yang dibatasi dalam hal kerja sama, pembagian tugas, komitmen tinggi, mengutamakan kepentingan bersama, menguntungkan organisasi, komunikasi, tepat waktu dan kepuasan kerja sebagai variabel (Y) yang merupakan variabel terikat yang dibatasi dalam hal perasaan atas pekerjaan, pe- rasaan terhadap perolehan gaji, perasaan terhadap penghargaan, perasaan terhadap pengawasan, perasaan terhadap hubungan dengan rekan kerja. Sasaran penelitian ini adalah guru PNS di SDN Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana koordinasi yang terjadi dapat meningkat-kan kepuasan kerja guru SDN Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Pentingnya penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubu- ngan antara koordinasi dengan kepuasan kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.

 

Kajian Teori

Mullins (2005:700) berpendapat, “job satisfaction is a com- plex and multifaceted concept, which can mean different things to different people.” Menurut Armstrong (2009:343), ”Job satisfaction refers to the attitudes and feelings people have about their work.”

George dan Jones (2012:75) berpendapat, “Job satisfaction (the collection of feelings and beliefs that people have about their current jobs) is one of the most important and well-re-searched work attitudes in organizational behavior.” Schermerhorn (2010:72) berpendapat, “Job satisfactionis the degree to which an individual feels posi- tive or negative about a job.”

Luthans (2005:212) menyatakan,” job satisfaction is a result of employees’ perception of how well their job provides those things which are viewed as important.” Keith Davis menjelaskan seperti dikutip oleh Mangkunegara (2011: 117), ”job satisfaction is the favorableness or unfavorableness with employees view their work.” Mangkunegara juga mengutip penjelasan dari Wexley dan Yuki yang mengemu-kakan kepuasan kerja, “is the way an employee feels about his or her job.”

Menurut Mangkunegara (2011: 120), ada dua faktor yang mempengaruhi kepu- asan kerja yaitu (1) Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan,  pengalaman kerja, masa kerja, kepriba-dian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja. Dan (2) Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempa- tan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.

Armstrong menyatakan, ada beberapa faktor yang mem- pengaruhi kepuasan kerja. “The level of job satisfaction is affected by intrinsic and extrinsic motivating factors, the quality of supervision, social relationships with the work group and the degree to which individuals succeed or fail in their work”. (2009:344).

Mullins (2005:701) berpendapat terdapat beberapa faktor dalam kepuasan kerja diantaranya, (1) Individual factorsinclude personality, education and quali-fications, intelligence and abilities, age,  marital status, orientation to work. (2) Social factors include relationships with co-workers, group working and norms, opportunities for interaction, informal organisation. (3) Cultural factors include underlying attitudes, beliefs and values. (4) Organisational factors include nature and size, formal structure, person- nel policies and procedures, employee relations, nature of the work, technology and work organisation, supervision and styles of leadership, management systems, working conditions. (5) Environmental factors-include economic, social, technical and governmental influences.

James D. Mooney seperti dikutip oleh Raju dan Parthasarathy (2009:176) berpendapat “coordination is the orderly arrangement of a group’s effort to provide unity of action in the pursuit of a common pur- pose.” Raju dan Parthasarathy (2009:176) mengutip pendapat Mc.Farland yang menjelaskan, “coordination is the process whereby an executive develops in an orderly pattern an integrated, orderly, and synchronized pattern of group effort among his sub- ordinates andtries to attain unity of effort in the pursuit of any common goal.”

Raju dan Parthasarathy (2009:176) menyimpulkan,“Coordination is a conti- nuous activity of managers in the orderly arrangement of group efforts towards unity of action to achieve organizational objectives. It involves the orderly synchronization of group efforts, and avoids organizational bottlenecks or confusion and conflict.”

Shermerhorn (2010:404) menjelaskan, “coordination is the set of mecha- nisms used in an organization to link the actions of its subunits into a consistent pattern.”George dan Jones (2008:579) menambahkan, “coordination is achieved by teams of employees who value coope- ration and are motivated by the prospect of sharing in the wealth the organization generates.”

Husnaini Usman (2013:488) berpendapat koordinasi ialah proses mengintegrasikan (memadukan), menyinkronisasikan, dan menyederhanakan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.

Hasibuan (2008:85) berpendapat koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintegrasikan, dan   mengkoordinasikan unsur-unsur mana-jemen (6M) dan  pekerjaan-pekerjaan para   bawahan dalam  mencapai tujuan organi- sasi. Hasibuan (2008:86) mengutip definisi menurut Awaluddin Djamin, koordinasi adalah suatu usaha kerja sama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas tertentu sedemikian rupa, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu, dan saling melengkapi.

Hasibuan (2006:88) berpendapat bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi koordinasi antara lain kesatuan tindakan, komunikasi, pembagian kerja, dan disiplin. Faktor yang pertama yaitu kesatuan tindakan. Kesatuan tindakan merupakan suatu usaha dari pemimpin dan merupakan kewajiban dari pimpinan untuk mengatur sedemikian rupa sehingga terdapat keserasian dalam mencapai hasil. Suatu pimpinan harus memiliki koordinasi yang baik dengan mengatur jadwal waktu dengan dimaksudkan  kesatuan usaha itu dapat berjalan sesuai waktu yang direncanakan.

Koordinasi memiliki karakteristik-karakteristik koordinasi yang efektif me-nurut Husnaini Usman (2013:497) yaitu tujuan berkoordinasi tercapai dengan memuaskan semua pihak terkait, koordi- nator sangat proaktif dan stakeholders kooperatif, tidak ada yang mementingkan diri sendiri atau kelompoknya (egosek- toral), tidak terjadi tumpang tindih tugas, komitmen semua pihak tinggi, informasi keputusan mengalir cepat ke semua pihak yang ada dalam sistem jaringan koordi- nasi, tidak merugikan pihak-pihak yang berkoordinasi, pelaksanaan tepat waktu, semua masalah terpecahkan, tersedianya laporan tertulis yang lengkap dan rinci oleh masing-masing stakeholders.

Terdapat adanya hubungan antara koordinasi dengan kepuasan kerja, hal ini juga sejalan dengan pernyataan oleh seorang Basavanthappa (2008:935)“Good Personal Relations: Good coordination gives job satisfaction to the employees which keeps this morals high.” Baik Hubungan Pribadi: Koordinasi yang baik memberikan kepuasan kerja kepada karyawan yang menjaga moral ini tinggi.

Menurut Mangkunegara (2011: 118), terdapat variabel-variabel yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja diantara- nya adalah ukuran organisasi perusahaan. “Ukuran organisasi perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan pegawai. Hal ini karena besar kecil suatu perusahaan berhubungan pula dengan koordinasi, komunikasi, dan partisipasi pegawai.” Dalam hal ini kepuasan kerja berhubungan dengan ukuran organisasi perusahaan mengandung arti bahwa besar kecilnya perusahaan dapat mempengaruhi proses komunikasi, koordinasi, dan partisipasi pegawai sehingga dapat mempengaruhi kepuasan kerja pegawai. Proses komunikasi, koordi- nasi, dan partisipasi pegawai merupakan suatu kegiatan interaksi yang merekalakukan dalam melakukan pekerjaan se- hingga dapat mempengaruhi kepuasan kerja.

 

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri wilayah Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini kurang lebih selama 5 (lima) bulan, dimulai dari bulan Januari sampai Mei 2015.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Menurut Sugiyono (2010:7), penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sam- pel yang diambil dari populasi terse- but, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psiko- logis. Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini merupakan penelitian des- kriptif yang bertujuan untuk menemukan adanya pengaruh atau hubungan antara variabel X dan variabel Y. Sedangkan  pendekatan yang digunakan adalah pende- katan studi korelasional.

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan dihubungkan yaitu kepuasan kerja guru sebagai variabel Y dan koordinasi sebagai variabel X.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SDN Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi yang berjumlah 378 guru di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan Simple Random Sampling. Arikunto (2006:111) mendefi- nisikan, Simple Random sampling adalah dalam proses pengambilan sampelnya, peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua objek dianggap sama. Dengan demikian, maka peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (change) dipilih menjadi sam- pel. Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan pendapat dari Arikunto. Menurut Arikunto apabila sub- yeknya lebih dari 100, maka antara 10-15% atau 20-25% atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti (waktu, tenaga, biaya), sempit atau luasnya wilayah dan besar kecilnya resiko yang ditanggung. Dalam penelitian ini pengambilan sampel menggunakan 15% dari jumlah guru PNS SDN Kecamatan Babelan yang berjumlah 378 orang guru, maka diperoleh 15% X 378 = 60 guru.

Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian di mana satu kelompok dikenakan satu kali pengamatan dan setiap subyek dalam kelompok dikenakan 2 (dua) angket pene- litian karena mempunyai dua variabel. Dalam hal ini menggambarkan pengaruh variabel bebas (variabel X) yaitu koordi- nasi dan variabel terikat (variabel Y) yaitu kepuasan kerja.

Teknik pengumpulan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah dengan kuesioner atau angket. Dalam penelitian ini, angket terdiri dari dua bagian, yaitu angket mengenai koordinasi (sebagai variabel X) dan angket mengenai kepuasan kerja pegawai (variabel Y). Kedua angket ini diberikan atau diisi oleh Guru SDN Kecamatan Babelan Kabu-paten Bekasi.

Kriteria yang digunakan untuk uji coba validitas butir terhadap 20 responden adalah rtabel pada α = 0,05. Berdasarkan hasil uji coba validitas instrumen variabel koordinasi dari 40 butir pernyataan terda- pat 35 butir valid, yaitu yang memiliki rhitung > rtabel, dan 5 butir pernyataan yang drop atau tidak digunakan. Uji coba validitas kepuasan kerja dari 40 butir pernyataan juga terdapat 35 butir yang valid dan 5 butir pernyataan yang drop.

Butir yang valid adalah butir yang memiliki nilai rhitung > rtabel sedangkan butir yang tidak valid adalah butir yang memiliki nilai rhitung < rtabel. Misalnya pada variabel koordinasi pada butir 1 rhitung- nya bernilai 0,578 dengan r tabel 0,444 hal ini berarti 0,578 > 0,444 sehingga rhitung > rtabel maka dapat disimpulkan per- nyataan butir 1 pada variabel koordinasi adalah valid.

Berdasarkan perhitungan hasil uji coba reliabilitas dengan jumlah responden uji coba sebanyak 20 responden, pada variabel koordinasi diperoleh rhitung sebesar 0,948. Instrumen variabel koordinasi dinyatakan variabel karena rhitung > rtabel. Perhitungan hasil uji coba reliabilitas variabel kepuasan kerja diperoleh rhitung sebesar 0,939, dengan demikian instrumen variabel kepuasan kerja juga dinyatakan reliabel.

Adapun teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai pengujian prasyarat diantaranya; Uji normalitas distribusi dengan menggu- nakan rumus liliefors dan uji linieritas dengan menggunakan rumus regresi linier. Kemudian pengujian hipotesis ini digunakan teknik korelasi product mo-ment untuk memperoleh koefisien korelasi (r) yang selanjutnya akan digunakan dal- am pengujian hipotesis statistik.

 

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan perhitungan uji norma-litas instrumen dengan menggunakan uji Liliefors, diperoleh Lhitung terbesar dari variabel X dan Y adalah = 0,0567. Se-dangkan nilai kritis Ltabel untuk jumlah sampel n = 60 dengan taraf signifikansi α = 0,05 adalah 0,1144. Dengan demikian nilai Lhitung­ = 0,0567 < Ltabel = 0,1144, sehingga dapat disimpulkan bahwa data sampel variabel X dan Y atau variabel Koordinasi dan Kepuasan Kerja berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Dari hasil uji regresi linier antara kedua variabel dalam penelitian ini di-dapat persamaan Ŷ = 89,87 + 0,35x. Dalam pengujian linieritas dengan meng- gunakan persamaan regresi  Ŷ = 89,87 + 0,35x dengan taraf signifikansi α = 0,05, derajat kebebasan pembilang (v1) = k-2 = 37-2 = 35, dan derajat kebebasan penye- but (v2) =n-k = 60-37 = 23 dari daftar tabel distribusi F dihasilkan Ftabel sebesar 1,93419.Dari hasil perhitungan yang dilakukan, maka dapat diketahui Fhitung adalah sebesar 0,93211. Karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel (0,93211 < 1,93419), artinya Fhitung berada di daerah penolakan Ho, maka dengan demikian Ho ditolak, yang artinya terima H1 yang dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa data memiliki model regresi adalah linier.

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi product moment antara koordinasi dengan kepuasan kerja  guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi diperoleh hasil pengujian hipotesis dengan uji t dapat dilihat thitung sebesar 3,357 untuk uji satu pihak dengan dk = 58 serta taraf signifi- kansi α = 0,05 dari daftar signifikansi di-peroleh t0,95 adalah sebesar 2,002. Dari hasil tersebut maka diperoleh thitung lebih besar dari ttabel (thitung = 3,357 > ttabel = 2,002), sehingga H0 dinyatakan dalam koefisien korelasi signifikan ditolak. Sedangkan hipotesis penelitian (Ha) yang diajukan dapat diterima. Sehingga terlihat adanya hubungan yang positif antara koordinasi dengan kepuasan kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi.

Maka dapat disimpulkan bahwa semakin efektif koordinasi maka semakin tinggi pula kepuasan kerja guru SDN di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Adapun kontribusi yang diberikan terha- inasi terhadap kepuasan kerja guru SDN di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi adalah sebesar 16,27%. Dari nilai tersebut dapat memberi gambaran bahwa koordinasi yang efektif dan baik membe- rikan pengaruh yang cukup besar terhadap meningkatnya atau tingginya kepuasan kerja guru di sekolah, di samping faktor-faktor lain yang mempengaruhi baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu guru itu sendiri.

Arah hubungan dalam penelitian ini adalah positif, yakni apabila aktivitas koordinasi yang dilakukan antar guru atau kepada kepala sekolah di sekolah berjalan dengan baik, maka kepuasan kerja guru di sekolah tersebut akan tinggi dan mening- kat pula, dan apabila kepuasan kerja guru di suatu sekolah itu tinggi, maka hal tersebut salah satunya disebabkan oleh aktivitas koordinasi yang dijalani oleh guru-guru tersebut berjalan dengan baik.

Setelah peneliti melakukan peneliti- an, hasil yang didapat terkait dengan koordinasi guru SDN di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, menunjukkan bahwa koordinasi yang diterapkan secara garis besar adalah sudah efektif. Namun dalam hal pengarahan, kerja sama, lebih khusus pengarahan dan kerja sama kepada guru-guru terkait adanya pembagian kerja yang merata. Hal ini terlihat dari skor butir terendah pada variabel koordinasi yang terdapat pada butir nomor 11 yaitu sebesar 228. Butir tersebut terletak pada indikator pembagian tugas. Nomor terse- but memuat pernyataan mengenai pemba- gian tugas dengan pembagian kerja yang merata. Rendahnya skor tersebut menun- jukkan bahwa pembagian kerja masih kurang merata masih adanya kemungki-nan terdapat tumpang tindih tugas dengan guru lain. Hal ini perlu adanya koordinasi dengan kepala sekolah, sehingga tidak adanya pemberian tugas yang tidak merata lagi.

Sedangkan skor butir tertinggi yang diperoleh dari variabel koordinasi terdapat pada butir instrumen nomor 15 yaitu sebesar 291. Butir tersebut terletak pada indikator komitmen tinggi, yang memuat pernyataan loyalitas guru yang tinggi di sekolah. Dengan demikian dapat diketahui bahwa guru-guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah penuh komitmen dengan loyalitas tinggi yang diberikan kepada sekolah, loyalitas dalam mengajar dan dalam setiap kegiatan di sekolah.

Melalui skor dan jawaban responden pada butir di atas dapat diketahui bahwa  koordinasi di sekolah tidak akan tercapai dengan efektif bila tidak adanya komit- men yang tinggi oleh guru-guru di sekolah dalam melakasanakan tugasnya. Loyalitas tinggi yang mereka berikan menandakan koordinasi yang terjadi di sekolah sudah cukup baik dan efektif sehingga dalam bekerja mereka dapat mencapai kepuasan kerja yang baik dan tujuan pendidikan dapat tercapai.

Secara keseluruhan, menurut hasil intepretasi data koordinasi guru tersebut, diperoleh data dengan kategori sedang atau sama dengan rata-rata yaitu sebagian besar guru mendapatkan skor antara 141-167, yakni sebanyak 42 guru atau sebesar 70%. Dari hasil tersebut dapat dipahami bahwa guru-guru secara garis besar setuju bahwa aktivitas koordinasi dapat berjalan efektif dengan adanya kerja sama, pemba- gian tugas yang sesuai, komitmen tinggi, mengutamakan kepentingan bersama, menguntungkan organisasi, komunikasi dan tepat waktu dapat meningkatkan ke- puasan kerja guru di sekolah.

Sementara itu, hasil yang didapat terkait dengan variabel kepuasan kerja guru di SDN Kecamatan Babelan Kabu- paten Bekasi, menunjukkan bahwa kepua- san kerja guru di SDN Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi juga sudah cukup tinggi. Hal ini terlihat dari skor butir tertinggi yang diperoleh dari variabel kepuasan kerja guru atau variabel Y adalah 273. Skor ini adalah skor dari butir nomor enam yang termasuk dalam indikator perasaan terhadap pekerjaan. Dalam instrumen yang digunakan ini memuat pernyataan yaitu perasaan saya terhadap sarana komunikasi di sekolah. Komunikasi di sekolah sangat penting hal  ini karena media komunikasi seperti penggunaan telepon atau internet dapat memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya. Jaringan komunikasi yang bu-ruk dapat memperlambat akses peneri-maan informasi terlebih pada saat pene- rimaan siswa baru. Sarana komunikasi yang baik dapat menunjang kemudaahan guru berkomunikasi dan melaksanakan pekerjaan sehingga lebih baik dan terca-pai-tercapainya kepuasan kerja.

 

Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan terdapat hubungan yang positif antara koordinasi dan kepuasan kerja guru di SDN Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Hal ini berarti  semakin efektif koordinasi maka semakin tinggi kepuasan kerja guru SDN di Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi. Koordinasi guru yang dilakukan sebagian besar guru mendapatkan skor di wilayah rata-rata atau dikategori tingkat sedang, yaitu sebesar 70%. Kepuasan kerja sebagian besar guru mendapatkan skor di wilayah rata-rata atau di kategori tingkat rata-rata sedang sebesar 72%. Hal ini berarti kepuasan kerja guru di SDN Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi cukup tinggi atau berada di tingkat sedang.

Berdasarkan pada hasil perhitungan koefisien korelasi Product Moment yang diperoleh, yaitu koefisien r sebesar 0,40340, serta hasil pengujian hipotesis dengan uji t yang diperoleh thitung sebesar 3,357 lebih besar daripada ttabel sebesar 2,002, maka hipotesis alternatif (Ha) dinyatakan dalam koefisien korelasi signi-fikan diterima. Koefisien determinasi se-besar 0,1627 ini berarti bahwa kontribusi yang diberikan oleh koordinasi terhadap kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi sebesar 16,27%.

Implikasi

Dari hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara koordinasi dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Implikasi yang dipero- leh dari penelitian ini adalah koordinasi akan efektif apabila guru mempunyai sikap kerja sama, pembagian tugas, ko- mitmen tinggi, mengutamakan kepen- tingan bersama, menguntungkan organi- sasi, komunikasi, tepat waktu. Sedangkan kepuasan kerja seseorang akan tinggi apabila seseorang memiliki perasaan atas pekerjaan, perasaan terhadap perolehan gaji, penghargaan, pengawasan dan hubu- ngan dengan rekan kerja.

Semakin efektif koordinasi yang di-lakukan oleh seorang guru, maka sema-  kin tinggi pula kepuasan kerja seorang guru. Guru harus memiliki koordinasi yang efektif dengan cara melaksanakan setiap tugas dengan semaksimal mungkin dan sering melakukan koordinasi dengan rekan kerja. Untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja guru, seperti yang peneliti telah uraikan dalam bab sebelumnya, bahwa faktor koordinasi memiliki hubu- ngan positif terhadap kepuasan kerja guru.

 

Saran

Dari kesimpulan yang telahdileng- kapi dengan implikasi hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :

  1. Kepala Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, hendaknya mengadakan kegia- an-kegiatan rutin yang melibatkan guru-guru dalam rangka meningkatkan adanya kebersamaan kerjasama dan koordinasi antar guru dan Kepala
  2. Guru, hendaknya dapat meningkatkan koordinasi kerja yang ada, sehingga kepuasan kerja dapat tercapai secara maksimal
  3. Peneliti lain hendaknya melakukan penelitian lanjutan hubungan antara Koordinasi dengan Kepuasan Kerja, terutama variabel-variabel lain yang terkait dengan kepuasan kerja.

 

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2013

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Armstrong, Michael.  Armstrong’s  Handbook of Human Resource Management Practice. USA: Kogan Page Limited, 2009

Basavanthappa. Community Health Nursing. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers (P). Ltd, 2008

George,  Jennifer M. and Gareth R. Jones. Understanding and Managing Organizational Behavior. New Jersey: Pearson Education, Inc., 2008

Hasibuan, Malayu S. P. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara, 2006

Luthans, Fred. Organizatonal Behavior. New York: McGraw-Hill, 2005

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011

Mullins, Laurie J. Management and Organisational Behavior. England: Pearson Education Limited, 2005

Rahim, M. Afzalur. Current Topics in Management: Social Intelligence, Leadership, and Problem Solving. New Jersey: Transaction Publishers, 2013

Raju, Satya and A. Parthasarathy. Management Text and Cases 2nd Ed. New Delhi: PHI Learning Private Limited, 2009.

Schermerhorn, John R. etc.Organizational Behavior. USA: John Wiley &Sons, Inc., 2010

Sudjana, Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005

Usman, Husnaini. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2013

Guru Mengeluh TPP Januari-Maret Belum Cair Hingga Juni, diakses darihttp://www.jpnn.com/read/2014/06/08/239007/Guru-Mengeluh-TPP-Januari-Maret-Belum-Cair-hingga-Juni, pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 20.34 WIB.

Tunjangan TPP Guru Belum Cair, diakses dari, http://www.beritatv.net/?p=1075, pada tanggal 21 Februari 2015 pukul 20.40 WIB.