Tag
Agung Tri Laksana, jurnal improvement, Kewirausahaan, mbs, mpfipunj, Nurhattati Fuad, rugaiyah, smk 26 jakarta
KEWIRAUSAHAAN SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SMK NEGERI 26 JAKARTA TIMUR
Agung Tri Laksana, Nurhattati Fuad* Rugaiyah*
*Dosen Pembimbing
Manajemen Pendidikan FIP UNJ
ABSTRACT
This research aims to understand the aspects that are developed , entrepreneurship strategy , problems and problem resolution efforts in implementaasi school-based management vocational school in the country 26 east jakarta .Methods used is descriptive research method with a qualitative approach .A technique used is interview , observation and study documentation.
This study concluded that 1 ) aspects developed entrepreneurship program schools with business center and student company which aims to develop the ability and student skills .2 ) school entrepreneurship strategy by developing vision , mission , and objectives , control the quality of , it was reflected from a special team , monitoring and evaluation .3 ) the problem and resolving school entrepreneurship , the limited number of human resources who owned impact the school to be little coordination , inconsistency of the program implementation , a preparatory school and a less well.Implications of the research this a school given them flexibility to arrange and manage their schools independently .Smk has an important role in the development of self berwirausaha students in .One of the effective in school management is the development of entrepreneurship program school.
Keyword: Entrepreneurship, School-Based Management
Pendahuluan
Setiap sekolah sudah sewajarnya memiliki sebuah ciri khas dan keunggulan yang membedakan antara satu sekolah dengan sekolah lainnya. Ciri khas ini sesuai dengan visi sekolah dan proses pendidikan yang berlangsung yang menuntut keberadaan komponen-komponen sekolah sebagai bidang garapan organisasi. Ciri khas ini diciptakan sebagai sebuah identitas bagi sekolah sehingga dapat menarik minat para orang tua agar memasukkan anaknya ke sekolah tersebut.
Pendidikan secara cepat dalam dunia pendidikan dari teknologi informasi, membuat pengelola pendidikan memiliki tugas yang tidak mudah dalam menghadapi permasalahan pendidikan dewasa ini. Pendidikan sebagai upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Terlebih lagi dalam lajunya pembangunan nasional yang dituntut adanya generasi yang lebih maju dan berkualitas. Sekolah harus memperhatikan pengelolaan dan pengembangan sistem dan program dalam tercapainya tujuan sekolah. Pengelola sekolah harus berperang dan mampu mengantisipasi perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu.
Pendidikan yang baik dalam pengelolaannya memberikan keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas. Hal ini terkait dengan MBS yang merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapai keunggulan masyarakat melalui pendidikan yang pada akhirnya mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
BPPN (Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional) dan Bank Dunia (1999) yang dikutip oleh Mulyasa, memberi pengertian bahwa manajemen berbasis sekolah merupakan bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi di bidang pendidikan yang ditandai oleh otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat dan dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah dengan melibatkan masyarakat dalam kerangka kebijakan nasional. MBS merupakan wujud dari reformasi pendidikan yang menawarkan kepada sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan memadai bagi para siswa.
Dapat juga dikatakan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakikatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengam bilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah adalah pengembangan program sekolah dalam menginovasi dan memprakarsai di dalam proses interaksi didalam maupun diluar lingkungan sekolah guna tercapainya tujuan sekolah yang baik. Dunia pendidikan harus mampu berperan aktif menyiapkan sumber daya manusia terdidik yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan baik lokal, regional maupun internasional. Peserta didik tidak hanya menguasai teori – teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Salah satu alternatif untuk mengatasi persoalan pendidikan adalah melalui pendidikan yang berorientasi pada pembentukan jiwa entrepreneurship, yaitu jiwa keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, jiwa mandiri dan tidak tergantung pada orang lain.
Manajemen berbasis Sekolah (MBS) merupakan alternatif manajemen sekolah sebagai bentuk dari desentralisasi pendidikan, karena dengan MBS ini sekolah diberikan otonomi yang luas untuk mengelola, mengembangkan program-program, sumber daya untuk mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta tanggap terhadap kebutuhan masyarakat setempat.
Kajian Teori
Menurut Rohiat (2008:45), Manajemen berbasis sekolah dapat diartikan sebagai model pengelolaan yang memberikan otonomi (kewenangan dan tanggung jawab yang lebih kepada sekolah), memberikan fleksibilitas/keluwesan kepada sekolah, mendorong partisipasi secara langsung dari warga sekolah (guru, siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan dan pengusaha) dan meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sujanto (2007:30) dalam bukunya mengatakan bahwa Manajemen berbasis sekolah sebagai model manajemen sekolah yang memberikan otonomi kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan partisipatif yang melibatkan langsung semua warga sekolah dan masyarakat (stakeholder) yang dilayani.
Hisrich dan Peters (1996:29) mengatakan bahwa Kewirausahaan adalah proses dinamis yang menciptakan kekayaan bertahap. Menurut Raymond (354) wirausaha adalah proses penciptaan sesuatu yang baru atau inovasi guna memperoleh kesejahteraan atau kekayaan individu dan mendapatkan nilai tambah bagi masyarakat, kesejahteraan, atau nilai tambah bagi masyarakat sebagai tujuan dari kewirausahaan, dilakukan melalui pengungkapan gagasan baru, penggalian sumber daya, dan merealisasikan gagasan menjadi suatu kenyataan yang menguntungkan. Menurut Zimmerer (2006:17), suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki usaha.
Metodologi Penelitian
Penelitian mengenai “Kewirausahaan Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Negeri 26 Jakarta” ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian terhadap fenomena yang terjadi di tempat penelitian. Sedangkan metode penelitian deskriptif akan menghasilkan data berupa gambaran secara umum mengenai objek yang diteliti dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Peneliti melakukan penelitian secara intensif dengan ikut berpartisipasi di lapangan, membuat pertanyaan penelitian dan prosedur yang masih bersifat sementara, mencatat secara rinci hal-hal yang terjadi, mengumpulkan data, melakukan analisis terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan penelitian secara sistematis berdasarkan interpretasi penulis sesuai hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi di lapangan.
Dalam penelitian ini, investigasi dilakukan untuk mencari data dan informasi mengenai kewirausahaan sekolah dalam implementasi manajemen berbasis sekolah di SMK Negeri 26 Jakarta yang berfokus pada kewirausahaan sekolah yang dikembangkan di sekolah ini yaitu dengan cara berinteraksi terus-menerus dengan informan yang mengerti secara detail mengenai permasalahan yang akan penulis angkat.
Tempat penelitian dengan judul “Kewirausahaan Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Negeri 26 Jakarta Timur. SMK Negeri 26 Jakarta terletak di Jalan Balai Pustaka Baru I, Kelurahan Rawamangun, Kecamatan Pulogadung, Jakarta Timur. Adapun alasan pemilihan tempat tersebut adalah karena SMK Negeri 26 Jakarta termasuk dalam 10 SMK terbaik di Indonesia dan menjadi SMK terfavorit di Jakarta Timur dengan catatan prestasi terbaiknya. Sekolah ini terdiri dari enam jurusan, yaitu teknik kendaraan ringan, teknik komputer jaringan, teknik instalasi tenaga listrik, teknik elektronika industri, teknik gambar bangunan dan teknik permesinan. Dalam mengimplementasikan MBS, kewirausahaan menjadi salah satu hal yang diprioritaskan. SMK Negeri 26 Jakarta
Penelitian dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan mengenai suatu permasalahan yang kemudian dianalisis. Data yang terhimpun untuk penelitian ini berupa deskripsi data-data mengenai Kewirausahaan Sekolah dalam Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di SMK Negeri 26 Jakarta yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Dalam penelitian ini, data primer akan diperoleh langsung di lokasi penelitian, melalui proses observasi dan wawancara dengan informan. Selain data primer, peneliti juga akan menggunakan data sekunder dalam pengumpulan data. Dalam penelitian ini data sekunder yang diperoleh berupa dokumen-dokumen yang berkaitan dengan objek penelitian. Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini diambil dari beberapa narasumber melalui wawancara secara mendalam dengan teknik snowball sampling.
Peneliti menggunakan teknik snowball sampling karena peneliti akan meminta rujukan kepada informan kunci dari penelitian ini untuk menyebutkan informan lain yang bisa dijadikan sebagai sumber informasi yang sesuai dengan objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada beberapa informan, yaitu: 1) Kepala Sekolah sebagai informan kunci, 2) Guru Kewirausahaan 1, 3) Kepala unit produksi, 4) Tim Pengelola unit produksi 2, 5) Kepala laboratorium kewirausahaan sebagai informan pendukung 6). Wakil manajemen mutu.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitin ini menggunakan teknik : (1) Wawancara, (2) Observasi, dan (3) Dokumentasi. Teknik wawancara dapat dikatakan menjadi teknik pengumpulan data utama dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, wawancara dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan pihak-pihak terkait atau subjek penelitian dalam rangka memperoleh informasi secara rinci mengenai hal-hal yang belum tercantum dalam observasi dan dokumentasi. Untuk melengkapi data penelitian ini, peneliti juga melakukan pengamatan untuk memperkuat data, terkait dengan kewirausahaan di SMK Negeri 26 Jakarta. .Sedangkan pada studi dokumentasi digunakan peneliti sebagai teknik pengumpulan data dengan cara menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis maupun bergambar.
Pada Tahap pra lapangan peneliti mulai Menyusun Rancangan Penelitian dengan terlebih dahulu membuat proposal penelitian yang sebelumya peneliti telah mengamati fenomena-fenomena yang terjadi secara umum maupun spesifik pada fokus penelitian yang dipilh, yaitu mengenai sistem informasi manajemen akademik. Kemudian memilih lokasi penelitian dengan menetapkan tempat penelitian sesuai fenomena yang terjadi berdasarkan proposal penelitian, yaitu Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)”. setelah itu peneliti mengurus perizinan penelitian dengan membuat surat izin penelitian dengan persetujuan dari Ketua Jurusan. Setelah mendapat persetujuan dan mendapatkan surat permohonan izin observasi awal penelitian dari BAAK UNJ yang ditujukan kepada pihak sekolah, maka peneliti mengajukan surat izin tersebut kepada SMK Negeri 26 Jakarta pada tanggal 19 Januari 2015. Apabila pihak sekolah menyetujui, barulah peneliti melakukan grandtour observation sebagai langkah awal dalam penelitian. Grandtour observation Kemudian peneliti menetapkan informan-informan yang dapat dipercaya memberikan peluang bagi peneliti dalam memperoleh data dan informasi mengenai situasi dan kondisi objek penelitian yang diperlukan. Di samping itu, pemanfaatan informan bagi peneliti adalah agar dalam waktu yang relatif singkat, peneliti dapat menjaring informasi yang diperlukan. Di akhir tahap pra lapangan peneliti menyiapkan perlengkapan penelitian yang akan menunjang penelitian disiapkan oleh peneliti. Adapun perlengkapannya adalah Peneliti menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam penelitian, seperti alat tulis, handphone (kamera, perekam suara), jadwal waktu penelitian dan berbagai dokumen yang diperlukan lainnya.
Pada tahapan analisis data Setelah data dan informasi yang diperlukan berhasil diperoleh, baik melalui tahap pra lapangan maupun tahap pekerjaan lapangan, maka tahapan akhir dalam penelitian adalah melakukan analisis data. Analisis data dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. Hasil dari analisis tersebut kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan tepat tentang fokus masalah yang diangkat sekaligus dijadikan sebagai kesimpulan dari penelitian yang dilakukan Setelah data dan informasi yang diperlukan berhasil diperoleh, baik melalui tahap pra lapangan maupun tahap pekerjaan lapangan, maka tahapan akhir dalam penelitian adalah melakukan analisis data. Analisis data dimulai dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. Hasil dari analisis tersebut kemudian diinterpretasikan dan dikembangkan untuk mendapatkan keterangan yang jelas dan tepat tentang fokus masalah yang diangkat sekaligus dijadikan sebagai kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian, data yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Dalam penelitian ini, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan dan sejenisnya. Namun, yang paling sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif, sehingga informasi mengenai sub fokus penelitian dapat terlihat secara utuh. Informasi disusun dalam bentuk narasi, tabel dan matrik agar memudahkan dalam pemaparan dan penarikan kesimpulan.
Pada tahap Verifikasi Data menjadi tahapan penarikan kesimpulan merupakan usaha untuk mencari makna data yang dikumpulkan selama penelitian di SMK Negeri 26 Jakarta. Kesimpulan yang dikemukakan harus didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten pada saat peneliti mengumpulkan data agar kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Tahapan selanjutnya adalah Keabsahan data, dilakukan untuk meneliti kredibilitasnya menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksa keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Penelitian ini hanya menggunakan metode triangulasi data dan metode.
Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi empat teknik, yaitu: (1) Kredibilitas data dengan menggunakan teknik triangulasi: a) Triangulasi sumber, Triangulasi sumber dilakukan untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara melakukan pencarian data yang sama pada sumber data yang berbeda, yakni dengan melakukan wawancara kepada kepala sekolah (IK), guru kewirausahaan IP1, kepala unit produksi IP2, kepala laboratorium kewirausahaan IP3. wakil manajemen mutu IP4, tim pengelola unit produksi IP5-IP6 dan mengkonsultasikannya kepada dosen pembimbing.
Dari beberapa sumber tersebut, akan dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama dan berbeda dan mana yang lebih spesifik. Data tersebut kemudian dianalisis, sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dilakukan kesepakatan dengan beberapa sumber tersebut. Peneliti kembali mengecek dan menelaah data yang diperoleh sebelumnya mengenai sub fokus penelitian. b) Triangulasi metode, peneliti kembali menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek efektivitas metode yang digunakan dalam penelitian. Selain menggunakan wawancara, peneliti juga menggunakan metode observasi dan dokumentasi dalam mengumpulkan data mengenai sub fokus penelitian. Hal ini dapat memperkuat opini peneliti selanjutnya dalam penarikan kesimpulan sementara mengenai aspek kewirausahaan yang dikembangkan sekolah, strategi kewirausahaan, masalah dan upaya penyelesaian kewirausahaan sekolah di SMK Negeri 26 Jakarta. c) Triangulasi teori, Digunakan untuk melakukan uji keterpercayaan dari sisi teori. Apakah data yang didapatkan dalam penelitian telah sesuai dengan teori yang ada atau belum. Teori-teori yang digunakan berkaitan dengan sub fokus penelitian, yakni upaya pengembangan kemitraan, keberhasilan kemitraan, permasalahan kemitraan dan manajemen berbasis sekolah. (2) Transferabilitas dimana peneliti dapat mengadopsi dan menjadikan landasan penerapan pada kancah dan subjek berbeda yang memiliki karakteristik sama dengan penelitian yang dilakukan. (3) Dependabilitas saat peneliti mengukur tingkat kesesuaian antara data yang satu dengan data yang lain, Peneliti melakukan audit kembali pada semua data dan sumber data. (4) Konformabilitas, dimana peneliti akan kembali melakukan pengecekan data yang diperoleh melalui wawancara, pengamatan dan studi dokumentasi, untuk melihat apakah data yang diperoleh sudah memiliki kesesuaian. Ketika semua sudah diperiksa kembali dan tetap memiliki makna yang sama, maka peneliti mengakhiri penelitian.
Hasil Penelitian
SMK Negeri 26 Jakarta adalah perubahan nama dari STM Negeri Pembangunan Jakarta. SMK Negeri 26 Jakarta merupakan lembaga pendidikan kejuruan yang bertugas meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat. Pembangunan Indonesia yang dimulai pada tahun 1969/70 yang dikenal PELITA I, memberikan pemikiran untuk mengadakan pembaharuan pada sistem pendidikan nasional, khususnya pembaharuan pada Sekolah
Teknologi Menengah dan jenjang pendidikan 3-4 tahun mulai dirintis. SMK Negeri 26 Jakarta merupakan Proyek Perintis Sekolah Teknologi Menengah Pembangunan dengan lama belajar empat tahun yang diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Bapak Soeharto di Jakarta pada 1 Juli 1971. Visi sekolah adalah “Menjadi yang terbaik dengan keunggulan prestasi dan berakhlak mulia”. Sekolah memiliki misi menerapkan sistem manajemen mutu dengan ISO 9001:2008, meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia melalui pendidikan dan pelatihan, meningkatkan mutu pembelajaran berbasis kompetensi, bekerja sama dengan dunia usaha dan dunia industri, menanamkan kemandirian, dan profesionalisme kepada seluruh peserta didik melalui pembinaan yang optimal.
Berdasarkan pada hasil wawancara, observasi dan pengamatan peneliti selama di tempat penelitian, Dari pengamatan peneliti, setiap jurusan di sekolah memiliki unit produksi yang mendorong peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai. Hal ini didorong dengan adanya Student Company atau Perusahaan Sekolah dan business center yang seluruhnya diatur dan dikelola oleh peserta didik dan dibina oleh alumni dan guru. Sekolah sebagai penyedia sarana-prasarana serta kompetensi di harapkan mampu mengembangkan program-program yang dapat membangun jiwa kewirausahaan warga sekolah sehingga program kewirausahaan dapat berjalan optimal. Sekolah memiliki sarana dan prasarana yang baik dan harus dioptimalkan dengan baik. Adapun aspek yang dikembangkan sekolah yaitu Business Center dan Student Company.
Business center dibentuk oleh sekolah dan dikelola oleh masing-masing unit produksi jurusan. Kegiatan Unit Produksi merupakan suatu usaha terobosan menuju SMK yang mandiri, dalam arti dapat meningkatkan pendapatan agar dapat membiayai proses pembelajaran, guna lebih meningkatkan mutu lulusan. Sedangkan Student company yang segala aktifitasnya dilakukan oleh siswa. Hal ini didorong dengan adanya student company atau perusahaan Sekolah yang seluruhnya diatur dan dikelola oleh peserta didik dan dibina oleh alumni dan guru. Kegiatan di SC ini melatih keterampilan siswa dalam mengembangkan serta menggali potensi yang dimiliki setiap siswa.
Dalam upaya untuk mengembangkan kewirausahaan sekolah telah melakukan beberapa hal yaitu ditandai dengan persiapan sekolah membangkitkan kembali business center di SMK Negeri 26 Jakarta. Program tersebut mengikutsertakan siswa untuk membuat sesuatu yang baru berdasarkan potensi yang dimiliki. Hal ini dibagi kedalam masing-masing jurusan yakni unit produksi jurusan. UP jurusan memiliki tanggung jawab dan kemandirian agar program ini dapat kembali berjalan dengan baik. Setiap jurusan di sekolah memiliki unit produksi yang mendorong peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai. Selain adanya business center lalu ada Student Company atau
Perusahaan Sekolah yang seluruhnya diatur dan dikelola oleh peserta didik dan dibina oleh alumni dan guru. Sekolah sebagai penyedia sarana-prasarana serta kompetensi di harapkan mampu mengembangkan program-program yang dapat membangun jiwa kewirausahaan warga sekolah sehingga program kewirausahaan dapat berjalan optimal. SC memiliki visi menjadi student company yang berkompeten dan mampu bersaing di ajang internasional dengan keunggulan inovasi, membangun kepuasan pelanggan melalui peningkatan kualitas produk dan pelayanan. mengembangkan kreatifitas dan kredibilitas kepada setiap pegawai/karyawan, menjalankan usaha dengan menerapkan efisiensi dan efektivitas kerja.
Kewirausahaan di SMK Negeri 26 Jakarta memadai dengan sarana dan prasarana yang dimiliki jurusan masing-masing. Sekolah memiliki business center yang seharusnya dikelola oleh sekolah dengan baik. BC merupakan program yang dibuat sekolah untuk mewadahi setiap jurusan sekolah dalam membuat produk dan jasa sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya. Yang terjadi adalah tidak ada yang mengatur secara fokus setiap jurusan yang menangani kewirausahaan. Akibatnya adalah naik turunnya proses yang berjalan dalam pelaksanaan program.
Berbeda halnya dengan SC yang secara konsisten berjalan. Siswa terus menginovasi ide dan gagasannya dalam menghasilkan produk sehingga peningkatan permintaan barang terus berjalan. Hal ini melatih siswa dalam berwirausaha dan dampaknya keterampilan siswa meningkat dengan signifikan karena siswa membutuhkan bekal untuk persaingan dunia kerja yang ketat. Siswa harus belajar mandiri dengan potensi yang dimiliki agar tujuan dari pelaksanaan program dapat berjalan dengan baik dan efektif.
Strategi kewirausahaan di sekolah melalui peserta didik yang diberikan tanggung jawab akan potensi yang dimiliki dengan membuat sesuatu yang kreatif dari hasil inovasi berpikir siswa melalu gagasan dan ide siswa. Hal ini didukung dengan wadah suatu program business center dan student company yang dimiliki sekolah.. Strategi kewirausahaan sekolah yang membenahi dan mengevaluasi program yang sudah berjalan bersifat efektif dan efisien hal ini bertujuan untuk memberikan sebuah keterampilan kewirausahaan kepada peserta didik khususnya di SMKN 26 Jakarta. Sekolah melakukan analisa kebutuhan perencanaan program, strategi pemasaran produk dan sistem orderan yang baik agar bisa dikerjakan sesuai dengan deadline yang ditentukan.
Strategi selanjutnya adalah membentuk tim khusus yang akan menangani kewirausahaan sekolah. Tim ini yang akan mengkoordinasi antar lini agar dapat berjalan dengan konsisten. Kewirausahaan sekolah berjalan apabila ada pesanan dari pelanggan dan perusahaan. Strategi pemasaran pun harus dikembangkan dengan baik dengan menganalisa apa yang dibutuhkan konsumen. Kepercayaan perusahaan juga harus diwadahi dengan hasil pekerjaan yang memuaskan dalam segi kualitas dan deadline yang tepat waktu.
Pengembangan visi, misi, dan tujuan BC dan SC dalam program sekolah harus mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin dicapai. Penjelasan tentang produk atau pelayanan yang ditawarkan yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Program harus dibuat dengan jelas dengan memiliki sasaran publik yang akan dilayani dengan kualitas produk dan pelayanan yang baik. Sekolah membuat perencanaan yang baik dengan membentuk tim khusus yang akan menangani kewirausahaan sekolah secara fokus. Tim ini yang akan mengkoordinasi antar lini agar dapat berjalan dengan konsisten. Rencana pengendalian kualitas dengan memperhatikan standar yang ditentukan dan pengembangan pemasaran dengan cara pengendalian dan pelatihan kualitas. Setelah itu pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sangat dibutuhkan agar keberlangsungan program dapat berjalan optimal. Motivasi untuk peserta didik dalam mengembangkan potensinya akan terlaksana apabila program terus di monitoring dan evaluasi untuk setiap pelaksanaannya.
Sekolah menjalankan suatu program yang memiliki tujuan mengembangkan potensi peserta didik dan merubah pola pikir berwirausaha agar keterampilan dan kemandirian peserta didik dapat berimplikasi kepada hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan. Kewirausahaan sekolah bukanMmelihat dari keuntungan yang didapat tapi sebagai wadah atau tempat untuk peserta didik dapat mengasah keterampilan berwirausaha. Setiap persiapan dan pelaksanaannya terjadi hambatan yang terjadi yang membuat komitmen dari program tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan sekolah.
Persiapan sekolah yang kurang baik untuk memulai business center berdampak kepada kurangnya pemahaman sekolah menggali potensi yang ada di sekolah karena SDM yang tidak memadai. SDM adalah pelaksana yang diberikan tanggung jawab untuk menjalankan dan membanahi program pada waktu monitoring dan evaluasi. Peran pengawas, pembina dan pengkoordinasi adalah kesesuaian antara rencana dan hasil yang diinginkan sekolah terhadap program yang telah dibuat dengan matang. Ketersediaan SDM harus disesuaikan dengan kebutuhan dari sekolah.
Kewirausahaan sekolah memiliki peran yang penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha maka sekolah harus mempertahankan konsistensi usaha agar terus berjalan dengan baik. kewirausahaan memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam mendorong kewirausahaan sekolah yang bertujuan untuk mengoptimalkan segenap sumber daya yang ada di sekolah. Tolak ukur keberlangsungan suatu program dilihat dari capaian prestasi yang diperolah. Peserta didik mampu menggali potensinya dan menumpahkan ide didalam wadah program sekolah yang sudah ada. Sehingga menghasilkan sesuatu yang bernilai dan memperoleh suatu keuntungan baik moril dan materil.
Capaian prestasi apabila pelanggan puas maka pekerjaan selesai dengan baik. Setiap jurusan itu berbeda apabila pesanan dilihat dari unit produksi masing-masing jurusan. Cash value akan terlihat juga apabila pekerjaan sesuai dengan orderan atau batas waktu yang diminta. Hal ini berdampak kepada kompetensi peserta didik harena seluruh aktifitas yang dilakukan melibatkan siswa. Siswa diberikan pelatihan terlebih dahulu lalu di aplikasikan dalam kewirausahaan sekolah.
Hal yang diperhatikan dalam tercapainya suatu tujuan adalah terciptanya iklim kewirausahaan yang mendukung untuk anak dapat menggali setiao potensi yangu dimiliki agar menghasilkan sesuatu yang bernilai. Semua ini kepada siswa dan untuk siswa. Kepercayaan dan mental siswa sebagai jiwa wirausaha yang baik output di dunia kerja, apabila peserta didik memiliki usaha sendiri yang akan mampu mengembangkan usahanya secara mandiri.
Hal ini dibuktkan dengan adanya program business center dibentuk oleh sekolah dan dikelola oleh masing-masing unit produksi jurusan. Apabila ada pesanan barang dari perusahaan yang bekerja sama dengan SMK Negeri 26 Jakarta dalam upaya pengadaan barang, unit produksi jurusan akan bekerja sesuai dengan kapasitas dan orderannya. Lalu yang kedua ada Student Company atau Perusahaan Sekolah yang seluruhnya diatur dan dikelola oleh peserta didik dan dibina oleh alumni dan guru. Sekolah sebagai penyedia sarana-prasarana serta kompetensi di harapkan mampu mengembangkan program-program yang dapat membangun jiwa kewirausahaan warga sekolah sehingga program kewirausahaan dapat berjalan optimal. Namun permasalahan yang terjadi terletak di program business center
Kesimpulan, Implikasi dan Saran
Berdasarkan analisis akhir dari penelitian, maka dapat ditarik tiga kesimpulan yang mengacu pada sub fokus, yaitu: (1) Aspek yang dikembangkan kewirausahaan sekolah dengan upaya menggali potensi peserta didik dengan visi ke depan yang baik, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang untuk peserta didik dalam mengembangkan keterampilan dan kemampuan. Sekolah mengupayakan dengan adanya program Business center dan Student Company yang dibentuk oleh sekolah dan dikelola oleh masing-masing unit produksi jurusan sehingga aktifitas berwirausaha dapat berjalan dengan optimal dan siswa pun berlatih dalam membuat produk sesuai dengan kapasitas jurusannya.
(2) Strategi kewirausahaan sekolah yaitu pengembangan visi, misi, dan tujuan BC dan SC dalam program sekolah harus mencerminkan standar keunggulan dan cita-cita yang ingin dicapai. Penjelasan tentang produk atau pelayanan yang ditawarkan yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Program harus dibuat dengan jelas dengan memiliki sasaran publik yang akan dilayani dengan kualitas produk dan pelayanan yang baik. Sekolah membuat perencanaan yang baik dengan membentuk tim khusus yang akan menangani kewirausahaan sekolah secara fokus. Tim ini yang akan mengkoordinasi antar lini agar dapat berjalan dengan konsisten. Rencana pengendalian kualitas dengan memperhatikan standar yang ditentukan dan pengembangan pemasaran dengan cara pengendalian dan pelatihan kualitas. Setelah itu pelaksanaan, monitoring dan evaluasi sangat dibutuhkan agar keberlangsungan program dapat berjalan optimal.
(3) Masalah dan penyelesaian kewirausahaan sekolah yaitu Keterbatasan SDM yang dimiliki sekolah berdampak kepada minimnya koordinasi antar lini karena tidak ada tim khusus yang menangani secara fokus setiap kegiatan dan kebutuhan yang menjamin keberlangsungan program-program tersebut. Persiapan sekolah yang kurang baik untuk memulai business center berdampak kepada kurangnya pemahaman sekolah menggali potensi yang ada di sekolah karena SDM yang tidak memadai. SDM adalah pelaksana yang diberikan tanggung jawab untuk menjalankan dan membanahi program pada waktu monitoring dan evaluasi.
Implikasi pelaksanaan kewirausahaan sekolah dalam implementasi manajemen berbasis sekolah, yaitu sekolah memberikan keleluasaan untuk mengatur dan mengelola sekolahnya secara mandiri. Salah satu kekuatan efektif dalam pengelolaan sekolah adalah pengembangan program sekolah dalam menginovasi dan memprakarsai di dalam proses interaksi didalam maupun diluar lingkungan sekolah guna tercapainya tujuan sekolah yang baik. Sekolah mampu berperan aktif menyiapkan sumber daya manusia terdidik yang mampu menghadapi berbagai tantangan kehidupan baik lokal, regional maupun internasional dengan strategi yang menekankan peserta didik tidak hanya menguasai teori – teori, tetapi juga mau dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sosial. Strategi yang berorientasi pada pembentukan jiwa entrepreneurship, yaitu jiwa keberanian dan kemauan menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari solusi dan mengatasi problema tersebut, jiwa mandiri dan tidak tergantung pada orang lain sehingga dapat mengatasi masalahnya sendiri.
Saran bagi sekolah, sekolah hendaknya tetap mempertahankan konsistensi keberlangsungan program yang telah ditentukan dan memanfaatkan secara optimal sarana prasarana yang dimiliki sekolah agar potensi yang ada di sekolah bisa dikembangkan sesuai dengan tujuan yang diharapkan sekolah.
Sedangkan saran bagi guru, Guru merupakan sumber daya utama yang berpengaruh dalam kewirausahaan sekolah. Pengaruh guru yang paling berpengaruh dalam persiapan atau bekal yang diterima siswa dalam persiapan dan pola pikir siswa dalam berwirausaha hal ini bertujuan mendorong siswa secara mandiri dan terampil dalam berbisnis atau berwirausaha.
Daftar Pustaka
Ahman, Eeng. Indriani, Epi. (2007) Ekonomi dan Akuntansi: Membina Kompetensi Ekonomi. Jakarta: PT Grafindo Media Pratama.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Rohiat. (2012) Manajemen Sekolah: Teori Dasar dan Praktik. Bandung: PT Refika Aditama.
Bedjo Sujanto, (2007) Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah: Model Pengelolaan Sekolah di Era Otonomi Daerah. Jakarta: CV. Agung Seto.
Mulyono. (2009) Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Umaedi, Hadiyanto dan Siswantari. (2011) Manajemen Berbasis Sekolah: Buku Materi Pokok IDIK4012/2SKS/Modul 1-6 Edisi 1. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.
Mulyasa. (2003) Menjadi Kepala Sekolah Professional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim Dosen UPI. (2011) Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeth.
Hendro. (2011) Dasar-Dasar Kewirausahaan: Panduan bagi Mahasiswa Mengenal, Memahami, dan Memasuki Dunia Bisnis. Dover: Lord Publishing.
Hisrich, Peters. (1995) Entrepreneurship. Jakarta: Erlangga.
Suryana. (2003) Kewirausahaan : Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Kasmir. (2006) Kewirausahaan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Alma Buchari. (2003) Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Winardi. (2004) Entrepreneur dan Entrepreneurship. Jakarta: Kencana.
Musfiqon. (2012) Metodologi Penelitian Pendidikan Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.