Tag

, , , , ,

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN BABELAN ABUPATEN BEKASI (2015)

Syifa Chaerunisa Rahmadani, Neti Karnati* Diah Armeliza*

*Dosen Pembimbing

Manajemen Pendidikan FIP UNJ

syifa_703@yahoo.com

 

ABSTRACT

This study aims to determine the level of work motivation, the level of teacher satisfaction, and the relationship between work motivation with job satisfaction of teachers elementary school in Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Accurate variable work motivation as an independent variable (X) and job satisfaction as the dependent variable (Y).

The research method used is descriptive in the form of a survey. The population in this study was a teachers elementary school in Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Samples taken using the simple random sampling technique. Based on these techniques sample size in this study of 60 teachers from 378 teachers. Data collection elephantiasis work motivation variable (X) and job satisfaction (Y) using a questionnaire.

Hypothesis testing is done by using the product moment correlation formula to the correlation coefficient (r) = 0,41446 and t-test produces a value of 3,468 with one-party test with dk = 58 and significance level α = 0.05 significance list derived from t(58, 0.025) amounts to 2,002. This means that count-t greater than table-t. Thus it can be said that the hypothesis can be accepted, thus there is a positive relationship between work motivation with job satisfaction.

Keywords: Work Motivation, Job Satisfaction

 

Pendahuluan

 

Pendidikan merupakan suatu sarana yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, hal ini disebabkan karena pendidikan adalah sektor yang dapat menciptakan kecerdasan manusia dalam melangsungkan kehidupannya, pentingnya pendidikan agar dengan mudah segala kebutuhan hidup dapat diperoleh.  Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pasal 3 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bagi suatu bangsa yang ingin maju, pendidikan harus dipandang sebagai sebuah kebutuhan sama halnya dengan kebutuhan-kebutuhan lainnya.  Maka tentunya peningkatan mutu pendidikan juga berpengaruh terhadap perkembangan suatu bangsa. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan yang diberikan tugas untuk mewujdkan tujuan pendidikan nasional harus menjalankan perannya dengan baik.

Dalam menjalankan peran sebagai lembaga pendidikan ini, sekolah harus dikelola dengan baik agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dengan optimal. Pengelolaan sekolah yang tidak profesional dapat menghambat proses pendidikan yang sedang berlangsung dan dapat menghambat langkah sekolah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidian formal.

Salah satu faktor yang sangat menunjang keberhasilan pendidikan di sekolah yaitu guru atau tenaga pendidik. Dalam pasal 39 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, menyatakan bahwa Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Guru adalah posisi yang strategis bagi pemberdayaan dan pembelajaran suatu bangsa yang tidak mungkin digantikan oleh unsur manapun dalam kehidupan sebuah bangsa sejak dahulu. Semakin signifikannya keberadaan guru melaksanakan peran dan tugasnya semakin terjamin terciptanya kehandalan dan terbinanya kesiapan seseorang. Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 ditegaskan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial.

Dalam memenuhi tugas, tanggung jawab dan kompetensi yang harus dimiliki sebagai seorang guru, maka guru harus memiliki kepuasan kerja yang baik.  Kepuasan itu tidak tampak serta nyata, tetapi dapat diwujudkan dalam suatu hasil pekerjaan. Untuk itu, perlu diperhatikan agar guru sebagai penunjang terciptanya produktivitas kerja dalam bekerja senantiasa disertai dengan perasaan senang dan tidak terpaksa sehingga akan tercipta kepuasan kerja.

Permasalahan yang berkembang pada saat ini berdasarkan pengamatan guru di Kabupaten Bekasi menunjukan masih terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya ketidakpuasan guru, seperti berita yang dikutip oleh beritabekasi.com pada 25 Febuari 2015. Ribuan ruang kelas Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Bekasi, saat ini dalam kondisi rusak parah. Yang menyedihkan, ruangan yang rusak parah tersebut masih digunakan untuk kegiatan belajar mengajar sehingga mengancam keselamatan guru dan murid. Ruang kelas yang rusak paling parah, menurut dia, ada di sekolah-sekolah dasar yang ada di utara Kabupaten Bekasi seperti Kecamatan Tarumajaya, Babelan, Cabangbungin, Muaragembong dan Sukatani.

Banyaknya gedung sekolah yang sudah rusak tentunya sangat mengganggu proses pembelajaran baik di rasakan oleh siswa ataupun guru. Gedung sekolah yang sudah rusak tentunya dapat mengganggu kenyamanan guru dalam bekerja. Guru setiap hari dapat merasa cemas dan takut jika bangunan sekolah yang rusak dapat mengancam keselamatan guru. Kondisi tempat kerja yang rusak tentunya dapat menurunkan kinerja karena guru merasa tidak nyaman, dan hal tersebut dapat menurunkan kepuasan guru.

Berbagai macam perlakuan yang diberikan pada guru hanya akan efektif bila mereka merasa puas pada pekerjaannya. Kepuasan dalam pekerjaan dapat mereka rasakan apabila mereka merasakan adanya keselarasan antara apa yang diharapkan dengan apa yang dapat diperoleh, atau antara kebutuhan dan penghargaan.

Untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja guru, seorang guru harus memiliki motivasi yang kuat, baik motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (internal) maupun motivasi yang berasal dari luar (eksternal).  Motivasi dalam lingkungan kerja sangat berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang akan dimiliki seorang guru, ketika motivasi guru untuk melakukan suatu aktivitas kerja menurun, ini akan berdampak pada kepuasan kerja yang menurun. Begitu sebaliknya, ketika motivasi guru meningkat maka kepuasan kerja juga akan meningkat.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana motivasi kerja yang dimiliki guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi? 2) Bagaimana kepuasan kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi? 3) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi? 4) Apakah terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi?

Melihat banyaknya variabel yang berpengaruh terhadap kepuasan kerja, maka diperlukan pembatasan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti membatasi penulisan pada variabel Y (variabel terikat) yaitu kepuasan kerja dan variabel X (variabel bebas) yaitu motivasi Kerja. Variabel kepuasan kerja dibatasi pada perasaan atas pekerjaan baik, perasaan atas perolehan gaji yang sesuai, perasaan terhadap penghargaan yang baik, perasaan terhadap pengawasan, dan perasaan terhadap hubungan dengan rekan kerja yang baik.  Variabel motivasi kerja dibatasi dalam hal prestasi kerja, tantangan dalam bekerja, bertanggung jawab, pengembangan diri, dan keterlibatan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu guru PNS Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan tahun 2015.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Apakah terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi?”

 

Kajian Teori

Menurut Kreitner dan Kinicki (2008:170) mendefinisikan: “Job satisfaction is an affective or emotional response toward various facets of one’s job. This definition implies job satisfaction is not a unitary concept. Rather, a person can be relatively satisfied with one aspect of his or her job and dissatisfied with one or more other aspects”. Robbins dan Judge (2011: 114) juga menjelaskan: “Our definition of job satisfaction is a positive feeling about a job resulting from an evaluation of its characteristics”.

Luthans (2005:211) mengungkapkan bahwa kepuasan kerja adalah “Locke gives a comprehensive definition of job statisfaction as involving cognitive, affective, and evaluative reactions or attitudes and states it is “a pleasurable or positive emotional state resulting from the apprasial of one’s job or job experience. Job statisfaction is a result of employees perception of how well their job provides those things that are viewed as important”. Schemerhorn (2011:72) memberikan definisi: “Job satisfaction is the degree to which an individual feels positive or negative about a job”.

Gordon (2002:83) mendefinisikan: “Satisfaction result when a job fulfills or helps attain an individual’s values, expectations, and standards, and dissatisfaction occurs when the worker perceives that the job blocks attaining them”. Ivancevich  dkk (2008:141) mendefinisikan “Job satisfaction is an attitude that workers have about their jobs. It result from their perception of the jobs”. Robbins (2003:19) mengemukakan: “Job satisfaction refers to an individual’s general attitude towards his or her job. A person with a high level of job satisfaction hold positive attitudes toward the job, a person who is dissatisfied with his or her job holds negative attitudes about the jobs

Menurut Mangkunegara (2001:117), kepuasan adalah suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya. Handoko (2007:193) menjelaskan bahwa: Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan dengan mana para karyawan memandang pekeaan mereka.

Menurut Sunyoto (2012:210) kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaannya. Rivai dan Mulyadi (2009:246) menerangkan: Kepuasan kerja adalah penilaian dari pekerja tentang seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan memuaskan kebutuhannya.

Menurut Sinambela (2012:257), terdapat beberapa teori kepuasan kerja yaitu: 1) Teori Dua Faktor (Two Factor Theory), 2) Teori Nilai (Value Theory), 3) Teori Keseimbangan (Equity Theory), 4) Teori Perbedaan (Discrepancy Theory), 5) Teori Pemenuhan Kebutuhan (Need Fulfillment Theory) dan 6) Teori Pandangan Kelompok (Social Reference Group Theory).

Berdasarkan penjelasan Schermerhorn (2011:73), terdapat beberapa komponen kepuasan kerja. Komponen ini diperoleh dari interview dan kuesioner yaitu Minnesota Satisfaction Questionaire (MSQ) dan Job Descrptive Index (JDI).  1) The work itself—responsibility, interest, and growth, 2) Quality of supervision—technical help and social support, 3) Relationships with co-workers—social harmony and respect, 4) Promotion opportunities—chances for further advancement, 5) Pay—adequacy of pay and perceived equity vis-à-vis others.

Armstrong (2009:344) menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. The level of job satisfaction is affected by intrinsic and extrinsic motivating factors, the quality of supervision, social relationships with the work group and the degree to which individuals succeed or fail in their work.

Mangkunegara (2001:120) juga menjelaskan, ada dua faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. 1) Faktor pegawai, yaitu kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja. 2) Faktor pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat (golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial, kesempatan promosi jabatan, interaksi sosial, dan hubungan kerja.

Menurut Robbins dan Judge (2011:117), terdapat beberapa dampak dari kepuasan dan ketidakpuasan karyawan, yaitu: Exit, Voice, Loyality, Neglect. Keitner dan Kinicki (2008:210) menjelaskan definisi dari motivasi yaitu: “The term motivation derives from the Latin word ‘movere’, meaning ‘to move’. In the present context, motivation represents ‘those psychological processes’ that cause the arousal, direction, and persistence of voluntary actions that are goal directed”. Robbins (2003:43) mendefinisikan: “Motivation is the willingness to do something and is conditioned by this action’s ability to satisfy some need for the individual”. Schermerhorn (2011:110) menjelaskan : “Motivation refers to forces within an individual that account for the level, direction, persistence of effort expended at work.”

Gordon (2009:102) mengungkapkan: “Motivation concerns getting the desired outcomes from employees that help attain goals”. Amstrong (2009:317) menjelaskan: “A motive is a reason for doing something. Motivation is concerned with the strength and direction of behaviour and the factors that influence people to behave in certain ways. The term ‘motivation’ can refer variously to the goals individuals have, the ways in which individuals chose their goals and the ways in which others try to change their behaviour”.

George dkk (2008:157) menjelaskan “Work motivation can be defined as the psychological forces within a person that determine the direction of that person’s behavior in an organization, effort level, and persistence in the face of obstacles.” Mullins (2005:471) berpendapat: “Motivation is some driving force within individuals by which they attempt to achieve some goal in order to fulfil some need or expectation.”

Menurut Mangkunegara (2001:93), motivasi adalah kondisi yang menggerakkan pegawai agar mampu mencapai tujuan. Menurut Berelson dan Steiner yang dikutip oleh Siswantono (2013:64), motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan (moves), dan mengarah atau menyalurkan.

Tujuan motivasi menurut Hasibuan (2009:146) adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan, 2) Meningkatkan produktivitas kinerja karyawan, 3) Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan, 4) Meningkatkan kedispilinan karyawan, 5) Mengefektifkan pengadaan karyawan, 6) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik, 7) Meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi karyawan, 8) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan, 9) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya, 10) Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

Menurut Sagair (2013:122) yang dikutip oleh Siswantono, elemen penggerak motivasi adalah 1) Prestasi, 2) Pengakuan, 3) Tantangan, 4) Tanggung jawab, 5) Pengembangan, 6) Keterlibatan. Menurut Siswanto (2013:125), terdapat beberapa bentuk motivasi, yaitu: 1) Kompensasi dalam bentuk uang,  2) Pengarahan dan pengendalian, 3) Penetapan pola kerja yang efekttif dan 4) Kebijakan.

Amstrong (2009:344) menjelaskan: “The level of job satisfaction is affected by intrinsic and extrinsic motivating factors, the quality of supervision, social relationships with the work group and the degree to which individuals succeed or fail in their work. Discretionary behaviour that helps the firm to be successful is most likely to happen when employees are well motivated and feel committed to the organization and when the job gives them high levels of satisfaction. Their research found that the key factors affecting job satisfaction were career opportunities, job influence, teamwork and job challenge.”

Menurut Schemerhorn (2011:115): “According to the two factor theory, the presence or absence of satisfier or motivator in people’s jobs is the key link to satisfaction, motivation and performance.  When motivator factors are minimal, low job satisfaction decreases motivation and performance, when motivator factors are substantial, high job satisfaction raises motivation and performance.”

 

Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015.

Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan metode penelitian. Fungsi metode yaitu sebagai cara untuk mencapai tujuan. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan teknik angket atau kuesioner. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat memperoleh informasi dari responden melalui seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang berhubungan dengan dua variabel yang akan diteliti, yaitu variabel motivasi dan variabel kepuasan kerja.

Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian di mana satu kelompok dikenakan satu kali pengamatan dan setiap subyek dalam kelompok dikenakan 2 angket penelitian karena mempunyai dua variabel. Dalam hal ini menggambarkan pengaruh variabel bebas (variabel X) yaitu motivasi kerja dan variabel terikat (variabel Y) yaitu kepuasan kerja.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh guru PNS Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi yang berjumlah 378 guru. Dalam menentukan sampel, peneliti menggunakan Simple Random Sampling. Dalam menentukan jumlah sampel peneliti menggunakan pendapat dari Arikunto yang menjelaskan apabila subjeknya lebih dari 100, maka antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih tergantung pada kemampuan peneliti (waktu, tenaga dan biaya), sempit atau luasnya wilayah dan besar kecilnya resiko yang ditanggung. Peneliti mengambil sampel 15% dari jumlah populasi guru SDN di Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, maka diperoleh 15% x 378 = 60 guru.

Definisi Konseptual Kepuasan Kerja adalah suatu perasaan senang atau tidak senang individu terhadap pekerjaan yang dimiliki. Dengan indikator perasaan atas pekerjaan, perasaan terhadap perolehan gaji, perasaan terhadap penghargaan, perasaan terhadap pengawasan, dan perasaan terhadap hubungan dengan rekan kerja. Definisi Konseptual Motivasi Kerja adalah proses psikologi yang menyangkut keadaan jiwa yang ada pada diri manusia yang menyebabkan dorongan tindakan untuk mencapai tujuan. Dengan indikator prestasi kerja, tantangan dalam bekerja, bertanggung jawab, pengembangan diri, dan keterlibatan

Definisi Operasional Kepuasan Kerja adalah perasaan senang atau tidak senang guru terhadap pekerjaan yang dimiliki.  Dengan indikator perasaan atas pekerjaan, perasaan terhadap perolehan gaji,  perasaan terhadap penghargaan, perasaan terhadap pengawasan, dan perasaan terhadap hubungan dengan rekan kerja. Definisi Operasional Motivasi kerja adalah proses psikologi yang menyangkut keadaan jiwa yang ada pada guru yang menyebabkan dorongan tindakan untuk mencapai tujuan. Dengan indikator prestasi kerja, tantangan dalam bekerja, bertanggung jawab, pengembangan diri, dan keterlibatan.

Dari hasil perhitungan uji coba instrumen dengan jumlah responden uji coba sebanyak 20 guru dan α = 0,05 maka didapat angka kritis berdasarkan tabel yaitu 0,444. Untuk instrumen variabel (X) motivasi kerja yang memiliki 40 butir pertanyaan ditemukan 35 butir pernyataan yang valid dan terdapat 5 butir pernyataan yang drop yaitu diantaranya: butir 7, 14, 25, 30, dan 38. Sementara untuk instrumen variabel (Y) kepuasan kerja yang memiliki 40 butir pernyataan ditemukan 35 butir pernyataan yang valid dan terdapat 5 butir pernyataan yang drop yaitu diantaranya: 6, 7, 11, 30, dan 37.

Setelah uji validitas, selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh nilai reliabilitas untuk variabel X sebesar 0.954 dan variabel Y sebesar 0.939. kemudian hasil tersebut dikonsultisaikan dengan rtabel untuk n = 20 adalah 0444. setelah dikonsultasikan diketahui bahwa angket kedua variabel memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi karena rhitung> rtabel.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai pengujian prasyarat, yaitu Uji Normalitas. Uji normalitas berguna untuk mengetahui data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Uji Liliefors. Uji Linieritas. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang dimiliki memiliki model regresi linier. Dalam uji linieritas ini menggunakan analisa regresi dimana variabel yang disebut variabel bebas atau variabel X, dan variabel yang disebut variabel terikat atau variabel Y. Pengujian hipotesis menggunakan teknik korelasi Product Moment untuk memperoleh koefisien korelasi (r) yang selanjutnya akan digunakan dalam pengujian hipotesis statistic.

 

Hasil dan Pembahasan

Variabel Motivasi Kerja yang diteliti menggunakan instrumen dengan 35 butir pernyataan, telah dijawab oleh guru-guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan. Data Kepuasan Kerja diperoleh dari 60 guru yang menjadi responden dan dari hasil pengolahan data diperoleh skor tertinggi yaitu sebesar 175 dan skor terendah sebesar 98 dengan skor rata-rata sebesar 145,77 serta simpangan baku sebesar 17,59. Frekuensi tertinggi terletak pada batas kelas 145,5-157,5 dengan frekuensi 22. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada batas kelas 97,5-109,5 dengan frekuensi hanya sebesar 2. Berdasarkan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata motivasi kerja dikategorikan pada kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari 60 pegawai, sebagian besar mendapat skor 128 – 163, yakni sebanyak 40 guru.

Variabel Kepuasan Kerja yang diteliti menggunakan instrumen dengan 35 butir pernyataan, telah dijawab oleh guru-guru Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Babelan. Data Kepuasan Kerja diperoleh dari 60 guru yang menjadi responden dan dari hasil pengolahan data diperoleh skor tertinggi yaitu sebesar 174 dan skor terendah sebesar 118 dengan skor rata-rata sebesar 143,62 serta simpangan baku sebesar 11,30. Frekuensi tertinggi terletak pada batas kelas 117,5-141,5 dengan frekuensi 18. Sedangkan frekuensi terendah terletak pada batas kelas ada 4 (empat) terendah dan dengan angka yang yaitu ada di rentang 149,5 – 180,8 dengan frekuensi sebesar 15. Berdasarkan data di lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata kepuasan kerja dikategorikan pada kategori sedang.Hal ini dapat dilihat dari 60 guru, sebagian besar mendapat skor 132 – 155, yakni sebanyak 43 guru.

Deskripsi data yang disajikan, sebelumnya harus di uji apakah terpenuhi persyaratan analisis untuk hipotesis. Persyaratan analisis yang diperlukan adalah uji normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk dapat mengetahui apakah data-data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Kriteria uji normalitas adalah H0 diterima jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel yang berarti data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Berdasarkan pengujian normalitas yang menggunakan uji Liliefors, nilai kritis atau nilai tabel L dari n = 60 dengan taraf signifikansi (α = 0,05) adalah 0,1144. Nilai Lhitung dari kedua variabel X dan variabel Y diperoleh Lhitung = 0,0886. Nilai Lhitung tersebut terlihat bahwa Ltabel (angka kritis) lebih besar Lhitung,  yang berarti bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji linieritas adalah untuk mencari hubungan antara kedua variabel yang akan ditarik suatu garis lurus pada diagram pencar. Dari hasil uji regresi linier antara kedua variabel dalam penelitian ini didapat persamaan Ŷ = 104,8 + 0,27x. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa persamaan regresi memiliki koefisien a = 104,8 dan konstanta b = 0,27.

Selanjutnya, sebelum menggunakan persamaan regresi dalam rangka mengambil kesimpulan dalam pengujian hipotesis, model regresi yang diperoleh diuji kelinierannya dengan menggunakan uji F dalam tabel sumber variasi.

Dalam pengujian linieritas dengan menggunakan persamaan regresi Ŷ = 104,8 + 0,27x dengan taraf signifikansi α = 0,05, derajat kebebasan pembilang (v1) = k-2 = 38-2 = 36, dan derajat kebebasan penyebut (v2) = n-k = 60-32 = 28, dari daftar tabel distribusi F dihasilkan Ftabel sebesar 1,9062. Dari hasil perhitungan yang dilakukan, maka dapat diketahui Fhitung adalah sebesar 1,19062. Karena nilai Fhitung lebih kecil dari Ftabel (1,19062 < 1,9062), artinya nilai Fhitung berada di daerah penolakan Ho, maka dengan demikian Ho ditolak, yang artinya terima Ha yang dengan demikian maka dapat diambil kesimpulan bahwa data memiliki model regresi linier.

Dalam penelitian ini hipotesis yang dirumuskan adalah hipotesis alternatif (Ha) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Setelah data yang diperoleh, diolah dan dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment, maka didapat koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,41446 dan selanjutnya koefisien korelasi tersebut dimasukan ke dalam rumus uji t untuk pengujian hipotesis sehingga menghasilkan thitung sebesar 3,468. Untuk uji satu pihak dengan dk = 58 serta taraf signifikansi α = 0,05 dari daftar signifikansi diperoleh t0,95 adalah sebesar 2,002. Dari hasil tersebut maka diperoleh thitung lebih besar dari ttabel (thitung = 3,468 > ttabel = 2,002), sehingga H0 dinyatakan dalam koefisien korelasi signifikan ditolak.

Dari hasil harga thitung yang lebih besar dari ttabel maka hipotesis yang diterima adalah hipotesis alternatif (Ha) dan dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Maksud dari hubungan yang positif adalah semakin tinggi motivasi kerja maka semakin tinggi kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Koefisien determinasi (Kd) antara kedua variabel adalah 17,18%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi yang diberikan motivasi kerja terhadap kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi adalah sebesar 17,18%. Sedangkan 82,82% lainnya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar kepuasan kerja dalam meningkatkan kepuasan kerja guru, seperti koordinasi, komunikasi interpersonal, budaya organisasi, dan lain-lain.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sekaligus membuktikan apakah terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (H0) ditolak. Oleh karena itu, berdasarkan uji hipotesis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Arah hubungan dalam penelitian ini adalah positif, yakni apabila seorang memiliki motivasi kerja yang tinggi, baik di dalam sekolah atau di luar sekolah maka kepuasan kerja guru tersebut akan tinggi dan meningkat pula, dan apabila kepuasan kerja guru itu tinggi, maka hal tersebut salah satunya disebabkan oleh motivasi kerja yang dimiliki oleh guru tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi Product Moment antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, diperoleh nilai r sebesar 0,4144 dan berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji-t diperoleh thitung sebesar 3,468 untuk uji satu pihak dengan dk = n – 2 = 60 – 2 = 58 serta taraf signifikansi α = 0,05 dari daftar signifikansi diperoleh ttabel atau t0.95 sebesar 2,002. Dari angka tersebut dapat dilihat bahwa thitung = 3,468 > ttabel = 2,002 sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian alternatif (Ha) yang diajukan sebelumnya dapat diterima. Dengan kata lain, dari penelitian ini terlihat adanya hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan kepuasani kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Dari kesimpulan tersebut juga, dapat diketahui bahwa semakin tinggi motivasi kerja yang dimiliki guru maka semakin tinggi pula kepuasan kerja guru.

Adapun kontribusi yang diberikan oleh motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, setelah melakukan perhitungan dengan uji koefisien determinasi (Kd) yaitu sebesar 17,18%. Dari nilai tersebut dapat memberi gambaran bahwa motivasi kerja yang efektif dan baik memberikan pengaruh terhadap meningkatnya atau tingginya kepuasan kerja guru, di samping faktor-faktor lain yang mempengaruhi baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu guru itu sendiri.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam hal mencari hubungan positif antara motivas kerja dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, disadari bahwa penelitian ini masih sangat jauh dari kata sempurna dan masih sangat banyak kekurangan mengingat penelitian ini merupakan penelitian ilmiah yang baru pertama kali dilakukan oleh peneliti. Selain itu, juga terdapat banyak keterbatasan yang dimiliki peneliti dalam melaksanakan penelitian ini, yaitu instrumen penelitian sebagai alat pengumpulan data yang digunakan hanya terbatas pada jawaban responden dari kisi-kisi pernyataan yang telah disebar oleh peneliti, sehingga belum mengungkap keseluruhan aspek yang diteliti. Selain itu keterbatasan waktu, dana dan tenaga yang dimiliki peneliti untuk menyelesaikan dan membuat penelitian ini menjadi penelitian yang sempurna, sehingga masih banyak kekurangan dalam penelitian ini.

 

 

Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Hal ini berarti semakin tinggi motivasi kerja maka semakin tinggi kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Motivasi kerja yang dimiliki guru termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar guru mendapatkan skor di wilayah rata-rata atau dikategori tingkat rata-rata sedang, yaitu diantara 128 – 163, sebanyak 40 guru atau sebesar 66,67%. Kepuasan kerja yang dimiliki guru termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar guru mendapatkan skor di wilayah rata-rata atau dikategori tingkat rata-rata sedang, yaitu diantara 132 – 155, sebanyak 43 guru atau sebesar 72%.

Berdasarkan pada hasil perhitungan koefisien korelasi product moment yang diperoleh, yaitu koefisien r sebesar 0,41446, serta hasil pengujian hipotesis dengan uji t yang diperoleh thitung sebesar 3,468 lebih besar daripada ttabel sebesar 2,002, maka hipotesis alternatif (Ha) dinyatakan dalam koefisien korelasi signifikan diterima. Koefisien determinasi sebesar 0,1718 ini berarti bahwa kontribusi yang diberikan oleh motivasi kerja terhadap kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi sebesar 17,18%.

 

 

Implikasi

Dari hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. Implikasi yang diperoleh dari penelitian ini adalah motivasi kerja akan tinggi apabila guru mempunyai prestasi kerja tinggi, memenuhi tantangan dalam bekerja, bertanggung jawab, melakukan proses pengembangan diri, dan melibatkan diri dalam setiap kegiatan. Sedangkan kepuasan kerja guru akan tinggi apabila guru memiliki perasaan senang atas pekerjaan, perasaan senang terhadap perolehan gaji, perasaan senang terhadap penghargaan, perasaan senang terhadap pengawasan dan perasaan senang terhadap hubungan dengan rekan kerja.

Semakin tinggi motivasi kerja yang dimiliki oleh seorang guru, maka semakin tinggi pula kepuasan kerja soerang guru. Guru harus memiliki motivasi kerja yang tinggi dengan cara melaksanakan setiap tugas dengan semaksimal mungkin dan memiliki semangat kerja yang tinggi. Untuk dapat meningkatkan kepuasan kerja guru, seperti yang peneliti telah uraikan dalam bab sebelumnya, bahwa faktor motivasi kerja memiliki hubungan positif terhadap kepuasan kerja guru.

Dengan adanya penelitian ini, dapat dilihat bahwa motivasi kerja dapat meningkatkan kepuasan kerja guru. Dengan demikian, diperlukan motivasi kerja yang harus dimiliki setiap guru untuk meningkatkan kepuasan kerja.

 

 

 

Saran

Dari kesimpulan yang telah dilengkapi dengan implikasi hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut :

  1. Kepala Sekolah, hendaknya memberikan stimulus-stimulus dan semangat kerja kepada guru dalam rangka meningkatkan motivasi kerja guru.
  2. Guru, hendaknya dapat meningkatkan motivasi kerja yang ada, sehingga kepuasan kerjanya dapat tercapai secara maksimal.
  3. Peneliti lain hendaknya melakukan penelitian lanjutan hubungan antara motivasi kerja dengan kepuasan kerja guru, terutama variabel-variabel lain yang terkait dengan kepuasan kerja, serta lebih menggali teori-teori penghubunga antar kedua variabel.

 

Daftar Pustaka

Handoko, Hani T. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2007

Hasibuan, Himalayu S. P. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara, 2009

Ivancevich dkk. Organizational behavior and Management. Singapore: McGraw Hill, 2008

Kreitner & Kinicki. Organizational Behavior. New York : McGraw Hill, 2008

Lijan Poltak Sinambela. Kinerja Pegawai: Teori Pengukuran dan Implikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012

Luthans, Fred. Organizational Behavior. New York: McGraw Hil, 2005

Mangkunegara, Anwar Prabu. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001

Michael Armstrong. Armstrong’s Handbook of Human Resource Management Practice. USA: Kogan Page Limited, 2009

Mullins, Laurie. J. Management and Organisational Behavior. England : Pearson Education Limited, 2005

Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers, 2009

Robbins, Stephen P.  dan Timothy A. Judge. Organizational Behavior. New Jersey: Pearson, 2011

Robbins, Stephen P.  Essentials Organizational Behavior. New Jersey : Prentice Hall, 2003

Robbins, Stephen P. dan Timothy A. Judge. Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat, 2008

Schemerhorn dkk. Organizational behavior. New Jersey: Pearson, 2011

Siswantono, H.B. Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara, 2013

Sudjana. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito, 2005

Sunyoto, Danang. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CAPS, 2012